NAMA : FITRIA SUMAWARDANI
NPM/KELAS : 12111935/3KA26
TUGAS BHS.INDONESIA 2#
PENALARAN DEDUKTIF
2.1 Pengertian Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa
prinsip atau sikap yang berlaku khusus berdasarkan atas fakta-fakta yang
bersifat umum. Proses penalaran ini disebut Deduksi. Kesimpulan deduktif
dibentuk dengan cara deduksi. Yakni dimulai dari hal-hal umum, menuku kepada
hal-hal yang khusus atau hal-hal yang lebih rendah proses pembentukan
kesimpulan deduktif tersebut dapat dimulai dari suatu dalil atau hukum menuju
kepada hal-hal yang kongkrit.
Dalam pengertian lain Kata deduksi
berasal dari kata Latin deducere (de yang berarti ‘dari’, dan kata decure yang
berarti ‘menghantar’,’memimpin’). Dengan demikian kata deduksi yang diturunkan
dari kata itu berarti ‘menghantar dari sesuatu hal ke sesatu hal yang lain’.
Sebagai suatu istilah dari penalaran, deduksi merupakan suatu proses berpikir
(penalaran) yang bertolak dari sesuatu proposisi yang sudah ada, menuju kepada
suatu proposisi baru yang berbentuk suatu kesimpulan. Uraian mengenai proses berfikir
deduktif akan dilangsungkan melalu beberapa corak berpikir deduktif, yaitu :
silogisme kategorial, silogisme hipotesis, silogisme disjungtif atau silogisme
alternatif, entimen, rantai deduksi, dan teknik pengujuan kebenaran atas tiap
corak penalaran deduktif itu.
Contoh : Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan
arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media
hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan
penanda status social.
2.2 Ciri-ciri
paragraf berpola deduktif
Penalaran deduktif adalah proses penalaran
yang bertolak dari peristiwa-peristiwa yang sifatnya umum menuju pernyataan
khusus. Apabila diidentifikasisecara terperinci, paragraf berpola deduktif
memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1) Letak kalimat utama di awal paragraf
2) Diawali dengan pernyataan umum disusul dengan
uraian atau penjelasan khusus
3) Diakhiri dengan penjelasan
Contohnya:
Setiap individu bersifat unik. Artinya, ia
memiliki perbedaandengan yang lain. Perbedaan itu bermacam-macam, mulaidari perbedaan
fisik, pola berpikir, dan cara merespons ataumempelajari hal yang baru. Dalam
hal ini, misalnya dalammenyerap pelajaran, ada individu yang cepat dan ada yanglambat.
2.3 Macam-macam
Penalaran Deduktif
Macam-macam penalaran deduktif diantaranya :
A. Silogisme
Silogisme adalah suatu proses
penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposi
(pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan). Dengan fakta lain bahwa
silogisme adalah rangkaian 3 buah pendapat, yang terdiri dari 2 pendapat dan 1
kesimpulan. Atau suatu bentuk proses penalaran yang berusaha menghubungkan dua proposisi
(pernyataan) yang berlainan untuk menurunkan suatu kesimpulan atau inferensi
yang merupakan prosposisi yang ketiga.
Silogisme Dapat dibagi menjadi 3
Kategorial, yaitu :
1. Silogisme kategorial
Kategorial dapat dibatasi sebagai suatu argumen deduktif yang mengandung
suatu rangkaian yang terdiri dari tiga proposisi katergorial, yang disusun
sedemikian rupa sehingga ada tiga term yang muncul dalam rangkaian pernyataan
itu. Tiap-tiap term hanya boleh muncul dalam dua pernyataan,
Contoh :
· Semua
Auditor adalah lulusan sarjana Akuntansi
· Ayu
adalah seorang Auditor
· Konklusi :
Ayu adalah lulusan sarjana Akuntansi
2. Silogisme hipotesis atau silogisme pengandaian
adalah semacam pola penalaran deduktif yang mengandung hipotese. Silogisme
hipotetis bertolak dari suatu pendirian, bahwa ada kemungkinan apa yang disebut
dalam proposisi itu tidak ada atau tidak terjadi. Premis mayornya mengandung
pernyataan yang bersifat hipotesis. Oleh karena sebab itu rumus proposisi mayor
dari silogisme ini adalah: jika A è B
· Premis
mayor : Jika ketua Mahkamah Konstitusi melakukan tindakan penyuapan
maka dia akan dipenjara
· Premis
minor : Ketua Mahkamah Konstitusi melakukan tindakan penyuapan
· Konklusi
: oleh sebab itu dia akan dipenjara.
3. Silogisme Alternatif (disjungtif).
Jenis silogisme yang ketiga adalah silogisme alternatif atau disebut juga
silogisme disjungtif. Silogisme ini dinamakan demikian, karena proposisi
mayornya merupakan sebuah proposisi yang mengandung kemungkinan-kemungkinan
atau pilihan-pilihan. Sebaliknya porposisi minornya adalah proposisi kategorial
yang menerima atau menolak salah satu alternatifnya. Sebagai contoh berikut :
Premis
mayor : Ayu memilih jurusan Akuntansi atau Teknik
Geofisika
Premis minor :
Ayu memilih jurusan Akuntansi
Konklusi
: oleh karena itu, Ayu tidak
memilih jurusan Teknik Geofisika
2.4 Entimen
Entimen adalah penalaran deduksi secara langsung. Dan dapat dikatakan pula
silogisme premisnya dihilangkan atau tidak diucapkan karena sudah sama-sama
diketahui.
Contoh: Masyarakat Indonesia konsumtif (umum)
dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan
imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif
sebagai prestasi sosial dan penanda status sosial.
Silogisme sebagai suatu cara untuk
menyatakan pikiran tampaknya bersifat artifisial. Dalam kehidupan sehari-hari
biasanya silogisme itu muncul hanya dengan dua proposisi, salah satunya
dihilangkan. Walaupun dihilangkan, proposisi itu tetap dianggap ada dalam
pikiran, dan dianggap diketahui pula oleh orang lain. Bentuk semacam ini
dinamakan entimem yang berarti ‘simpan dalam ingatan’ dalam bahasa yunani.
Dalam tulisan-tulisan bentuk inilah yang dipergunakan, dan bukan bentuk yang
formal seperti silogisme. Contoh :
Ø Semua dosen fakultas Ekonomi
Gunadarma adalah lulusan Sarjana Magister
Ø Ibu Desy adalah dosen
fakultas ekonomi Gunadarma
Ø Oleh karena itu, ibu Desy
adalah lulusan Sarjana Magister
2.5 Rantai Deduksi
Rantai Deduksi Seringkali penalaran yang deduktif dapat
berlangsung lebih informal dari entimem. Orang-orang tidak berhenti pada sebuah
silogisme saja, tetapi dapat pula merangkai beberapa bentuk silogisme yang
terutang dalam bentuk-bentuk yang informal. Misalnya sesudah beberapa kali
merasakan buah belimbing, seorang akan mengambil kesimpulan: belimbing masam
rasanya.
Dalam kenyataan penalaran yang induktif dan deduktif member
pengaruh timbal balik, sebab secara serempak penalaran itu dapat bergerak melalui
proses-proses yang komplek, dengan menilai avidensi yang ditimbulkan oleh
situasi tertentu. Penalaran itu melukiskan generalisasi yang tepat dari
pengetahuan seseorang, serta menerapkannya secara deduktif kepada situasi yang
khusus.
REFERENSI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar