NPM/KELAS : 12111935/3KA26
TUGAS BHS.INDONESIA 2#
PENALARAN INDUKTIF
3.1 Pengertian Penalaran Induktif
Penalaran induktif adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa
prinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan fakta – fakta yang bersifat
khusus, prosesnya disebut Induksi. Penalaran induktif tekait dengan empirisme.
Secara impirisme, ilmu memisahkan antara semua pengetahuan yang sesuai fakta
dan yang tidak. Sebelum teruji secara empiris, semua penjelasan yang diajukan
hanyalah bersifat sementara. Penalaran induktif ini berpangkal pada empiris
untuk menyusun suatu penjelasan umum, teori atau kaedah yang berlaku umum.
Contoh :
Sejak suaminya meninggal dunia dua tahun yang lalu, Ny. Ahmad sering sakit.
Setiap bulan ia pergi ke dokter memeriksakan sakitnya. Harta peninggalan
suaminya semakin menipis untuk membeli obat dan biaya pemeriksaan, serta untuk
biya hidup sehari-hari bersama tiga orang anaknya yang masih sekolah. Anaknya
yang tertua dan adiknya masih kuliah di sebuah perguruan tinggi swasta,
sedangkan yang nomor tiga masih duduk di bangku SMA. Sungguh (kata kunci) berat
beban hidupnya. (Ide pokok)
Metode
penalaran induktif adalah adalah suatu penalaran yang berpangkal dari peristiwa
khusus sebagai hasil pengamatan empirik dan berakhir pada suatu kesimpulan atau
pengetahuan baru yang bersifat umum. Dalam hal ini penalaran induktif merupakan
kebalikan dari penalaran deduktif. Untuk turun ke lapangan dan melakukan
penelitian tidak harus memliki konsep secara canggih tetapi cukup mengamati
lapangan dan dari pengamatan lapangan tersebut dapat ditarik generalisasi dari
suatu gejala. Dalam konteks ini, teori bukan merupakan persyaratan mutlak
tetapi kecermatan dalam menangkap gejala dan memahami gejala merupakan kunci
sukses untuk dapat mendiskripsikan gejala dan melakukan generalisasi.
3.2 Macam-macam
Penalaran Induktif
Macam-macam penalaran induktif diantaranya :
1. Generalisasi
Generalisasi adalah pernyataan yang berlaku umum untuk semua atau sebagian
besar gejala yang diminati generalisasi mencakup ciri – ciri esensial, bukan
rincian. Dalam pengembangan karangan, generalisasi dibuktikan dengan fakta,
contoh, data statistik, dan lain-lain.
Contoh generalisasi adalah setelah di adakan peninjauan dan penelitian
lebih seksama, ternyata di kawasan bandung terdapat sekurang – kurangnya lima
buah obyek wisata. Di kawasan Garut tempat obyek wisata, di kawasan tasikmalaya
dan ciamis terdapat sekurang – kurangnya enam buah obyek wisata. Di daerah lain
seperti suka bumi, banten, danyang lainnya juga terdapat obyek wisata. Dapat di
katakan bahwa daerah jawa baratmemang kaya dengan obyek wisata.
Macam-macam
generalisasi:
a. Generalisasi sempurna
Adalah generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penimpulan
diselidiki. Generalisasi macam ini memberikan kesimpilan amat kuat dan tidak
dapat diserang. Tetapi tetap saja yang belum diselidiki.
Sebuah
generalisasi bila fakta-fakta yang diberikan cukup banyak dan menyakinkan,
sehingga tidak terdapat peluang untuk menyerang kembali.. Generalisasi
Dengan Loncatan Induktif (Generalisasi sempurna)
Dalam loncatan induktif suatu fenomena belum mencerminkan seluruh faktayang ada. Fakta-fakta tersebut yang digunakan dianggap sudah mewakili seluruh persoalan yang diajukan. Dengan demikian loncatan induktif dapat diartikan sebagai loncatan dari sebagian evidensi kepada suatu generalisasi yang jauh melampauikemungkinan yang diberikan oleh ebidensi itu.
Dalam loncatan induktif suatu fenomena belum mencerminkan seluruh faktayang ada. Fakta-fakta tersebut yang digunakan dianggap sudah mewakili seluruh persoalan yang diajukan. Dengan demikian loncatan induktif dapat diartikan sebagai loncatan dari sebagian evidensi kepada suatu generalisasi yang jauh melampauikemungkinan yang diberikan oleh ebidensi itu.
b. Generalisasi tidak sempurna
Adalah generalisasi berdasarkan sebagian fenomena untuk mendapatkan
kesimpulan yang berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diselidiki.
Misalnya,
untuk menyelidiki penyakit yang sering diderita oleh orang Indonesia pada
umumnya, diperlukan ratusan sample untuk menyimpulkannya.
Contoh :
Hampir
seluruh orang di Indonesia menderita sakit magh.
Generalisasi
yang tidak sempurna juga dapat menghasilkan kebenaran apabila melalui prosedur
pengujian yang benar.
Prosedur
pengujian atas generalisasi tersebut adalah:
1. Jumlah sampel yang diteliti terwakili.
2. Sampel harus bervariasi.
3. Mempertimbangkan hal-hal yang menyimpang dari fenomena umum/ tidak umum.
1. Jumlah sampel yang diteliti terwakili.
2. Sampel harus bervariasi.
3. Mempertimbangkan hal-hal yang menyimpang dari fenomena umum/ tidak umum.
3.3 Ciri-ciri paragraf
berpola induktif
Penalaran induktif adalah proses
penalaran yang bertolak dari peristiwa-peristiwa yang sifatnya khusus menuju
pernyataan umum. Apabila diidentifikasi secara terperinci, paragraf berpola
induktif memiliki ciri-cirisebagai berikut :
1) Letak kalimat utama di akhir paragraf
2) Diawali dengan uraian/penjelasan bersifat khusus dan diakhiri
denganpernyataan umum
3) Paragraf induktif diakhiri dengan kesimpulan
Contoh:
Tidak sedikit para pelajar yang memiliki penyakit malasmembaca. Banyak ilmu
yang tidak tergali oleh mereka. Merekahanya mengandalkan peran guru dalam
menerima ilmu. Kondisitersebut sungguh memprihatinkan. Minat baca buku di
kalanganpelajar masih rendah.
2. Analogi
Analogi yaitu proses membandingkan dari dua hal yang berlainan berdasarkan kesamaannya kemudian berdasarkan kesamaannya itu ditarik suatu kesimpulan. Kesimpulan yang diambil dengan analogi, yaitu kesimpulan dari pendapat khusus dengan beberapa pendapat khusus yang lain, dengan cara membandingkan kondisinya.
Analogi yaitu proses membandingkan dari dua hal yang berlainan berdasarkan kesamaannya kemudian berdasarkan kesamaannya itu ditarik suatu kesimpulan. Kesimpulan yang diambil dengan analogi, yaitu kesimpulan dari pendapat khusus dengan beberapa pendapat khusus yang lain, dengan cara membandingkan kondisinya.
Tujuan Analogi
- Meramalkan kesamaan
- Menyingkap kekeliruan
- Menyusun sebuah klasifikasi
- Meramalkan kesamaan
- Menyingkap kekeliruan
- Menyusun sebuah klasifikasi
Contoh :
Kita banyak tertarik dengan planet Mars, karena banyak persamaannya dengan bumi kita. Mars dan Bumi menjadi anggota tata surya yang sama. Mars mempunyai atsmosfir seperti Bumi. Temperaturnya hampir sama dengan Bumi. Unsur air dan oksigennya juga ada. Caranya mengelilingi matahari menyebabkan pula timbulanya musim seperti di Bumi. Jika di Bumi ada makhluk. Tidaklah mungkin ada mahluk hidup di planet Mars.
Kita banyak tertarik dengan planet Mars, karena banyak persamaannya dengan bumi kita. Mars dan Bumi menjadi anggota tata surya yang sama. Mars mempunyai atsmosfir seperti Bumi. Temperaturnya hampir sama dengan Bumi. Unsur air dan oksigennya juga ada. Caranya mengelilingi matahari menyebabkan pula timbulanya musim seperti di Bumi. Jika di Bumi ada makhluk. Tidaklah mungkin ada mahluk hidup di planet Mars.
3. Kausal
Kausal adalah paragraph yang dimulai dengan mengemukakan fakta khusus yang menjadi sebab, dan sampai pada simpulan yang menjadi akibat. Serta bahwa setiap kejadian memperoleh kepastian dan keharusan serta kekhususan-kekhususan eksistensinya dari sesuatu atau berbagai hal lainnya yang mendahuluinya , merupakan hal-hal yang diterima tanpa ragu dan tidak memerlukan sanggahan.
Kausal adalah paragraph yang dimulai dengan mengemukakan fakta khusus yang menjadi sebab, dan sampai pada simpulan yang menjadi akibat. Serta bahwa setiap kejadian memperoleh kepastian dan keharusan serta kekhususan-kekhususan eksistensinya dari sesuatu atau berbagai hal lainnya yang mendahuluinya , merupakan hal-hal yang diterima tanpa ragu dan tidak memerlukan sanggahan.
Contoh :
Pada kata dewa-dewi, putra-putri, pemuda-pemudi, dan karyawan-karyawati.
Pada kata dewa-dewi, putra-putri, pemuda-pemudi, dan karyawan-karyawati.
Hubungan kausal
Hubungan
Kausal adalah penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan.
Dengan
menghubungkan fakta yang satu dengan fakta yang lainnya.ampai pada kesimpulan
yang menjadi sebab dari fakta itu.atau dpat juga kita sampai pada akibat dari
fakta itu.Dalam kaitannya dengan hubungan kausal ini, tiga hubungan antar
masalah yaitu sebagai berikut:
a)
Sebab ke akibat
Sebab akibat ini berpola A menyebabkan B. Disamping ini pola seperti ini juga dapat menyebabkan B, C, D dan seterusnya. Jadi, efek dari suatu peristiwa yang diaanggap penyebab kadang-kadang lebih dari satu. Dalam kaitannya dengan hubungan kausal ini, diperlukan kemampuan penalaran seseorang untuk mendapatkan simpulan penalaran. Hal ini akan terlihat pada suatu penyebab yang tidak jelas terhadap suatu akibat yang nyata.
Sebab akibat ini berpola A menyebabkan B. Disamping ini pola seperti ini juga dapat menyebabkan B, C, D dan seterusnya. Jadi, efek dari suatu peristiwa yang diaanggap penyebab kadang-kadang lebih dari satu. Dalam kaitannya dengan hubungan kausal ini, diperlukan kemampuan penalaran seseorang untuk mendapatkan simpulan penalaran. Hal ini akan terlihat pada suatu penyebab yang tidak jelas terhadap suatu akibat yang nyata.
Kesimpulan : Dari peristiwa yang dianggap sebagai sebab
menuju kesimpulan sebagai efek.
b) Akibat
ke sebab
Akibat
sebab ini dapat kita lihat pada peristiwa seseorang yang pergi ke dokter.
Kedokter merupakan akibat dan sakit merupakan sebab. Jadi hampir mirip dengan
entimen. Akan tetapi dalam penalaran jenis akibat sebab ini, Peristiwa sebab
merupaka simpulan.
Kesimpulan : Dari peristiwa yang dianggap sebagai akibat menuju sebab yang mungkin telah menimbulkan akibat.
c) Akibat
ke akibat
Dari akibat ke akibat yang lain tanpa menyebut sebab umum yang menimbulkan kedua akibat.
Dari akibat ke akibat yang lain tanpa menyebut sebab umum yang menimbulkan kedua akibat.
Contoh :
Pada sabtu
sore terjadi badai salju, akibatnya jalanan ditutup karena dipenuhi oleh salju.
3.4 Penalaran Induktif (Hipotesa
dan Teori)
Hipotese (hypo“di bawah“, tithenai“menempatkan“) adalah semacam teori atau
kesimpulan yang diterima sementara waktu untuk menerangkan fakta-fakta tertentu
sebagai penentu dalam peneliti fakta-fakta tertentu sebagai penuntun dalam
meneliti fakta-fakta lain secara lebih lanjut. Sebaliknya teori sebenarnya
merupakan hipotese yang secara relatif lebih kuat sifatnya bila dibandingkan
dengan hipotese.
Contoh :
Tanzi & Davoodi (1998) membuktikan bahwa dampak korupsi pada
pertumbuhan ekonomi dapat dijelaskan melalui empat hipotesis (semua dalam
kondisi ceteris paribus) :
1. Hipotesis pertama: tingginya tingkat
korupsi memiliki hubungan dengan tingginya investasi publik. Politisi yang
korup akan meningkatkan anggaran untuk investasi publik. Sayangnya mereka
melakukan itu bukan untuk memenuhi kepentingan publik, melainkan demi mencari
kesempatan mengambil keuntungan dari proyek-proyek investasi tersebut. Oleh
karena itu, walau dapat meningkatkan investasi publik, korupsi akan menurunkan
produktivitas investasi publik tersebut. Dengan jalan ini korupsi dapat
menurunkan pertumbuhan ekonomi.
2. Hipotesis kedua: tingginya tingkat
korupsi berhubungan dengan rendahnya penerimaan negara. Hal ini terjadi bila
korupsi berkontribusi pada penggelapan pajak, pembebasan pajak yang tidak
sesuai aturan yang berlaku, dan lemahnya administrasi pajak. Akibatnya adalah
penerimaan negara menjadi rendah dan pertumbuhan ekonomi menjadi terhambat.
3. Hipotesis ketiga: tingginya tingkat
korupsi berhubungan dengan rendahnya pengeluaran pemerintah untuk operasional
dan maintenance. Seperti yang diuraikan pada hipotesis pertama, politisi yang
korup akan memperjuangkan proyek-proyek investasi publik yang baru. Namun,
karena yang diperjuangkan hanya proyek-proyek yang baru (demi mendapat
kesempatan mencari keuntungan demi kepentingan pribadi) maka proyek-proyek lama
yang sudah berjalan menjadi terbengkalai. Sebagai akibatnya pertumbuhan ekonomi
menjadi terhambat.
4. Hipotesis keempat: tingginya tingkat
korupsi berhubungan dengan kualitas investasi publik. Masih seperti yang
terdapat dalam hipotesis pertama, bahwa dengan adanya niat politisi untuk
korupsi maka investasi publik akan meningkat, namun perlu digarisbawahi bahwa
yang meningkat adalah kuantitasnya, bukan kualitas. Politisi yang korup hanya
peduli pada apa-apa yang mudah dilihat, bahwa telah berdiri proyek-proyek
publik yang baru, akan tetapi bukan pada kualitasnya. Sebagai contoh adalah
pada proyek pembangunan jalan yang dana pembangunannya telah dikorupsi.
Jalan-jalan tersebut akan dibangun secara tidak memenuhi persyaratan jalan yang
baik. Infrastruktur yang buruk akan menurunkan produktivitas yang berakibat
pada rendahnya pertumbuhan ekonomi.
REFERENSI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar