NAMA : FITRIA SUMAWARDANI
NPM/KELAS : 12111935/3KA26
TUGAS BAHASA INDONESIA 2#
PENALARAN
1.1 Definisi
Penalaran.
Penalaran adalah sebuah pemikiran untuk dapat menghasilkan suatu kesimpulan.
Ketika seseorang sedang melanarkan sesuatu, maka seseorang tersebut akan
mendapat sebuah pemikiran dimana pemikiran tersebut adalah suatu kesimpulan
masalah yang sedang dihadapi. Contoh saja kalau kita sedang berkendara dan
terjebak di derasnya hujan, apakah yang akan kita lakukan? disitulah nalar kita
bekerja. mencari sebuah solusi agar kita bisa terhindar dari derasnya hujan
dengan cara memikirkan sesuatu yang bisa dipakai untuk berteduh.
Pengertian
penalaran
Penalaran adalah
proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang
menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang
sejenis juga akan terbentuk proposisi– proposisi yang sejenis, berdasarkan
sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan
sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang
disebut menalar.
Dalam
penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens)
dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence).
Ada dua
jenis metode dalam menalar yaitu induktif dan deduktif.
a. Metode induktif
Metode
berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak
dari hal-hal khusus ke umum. Hukum yang disimpulkan difenomena yang diselidiki
berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti. Generlisasi adalah bentuk
dari metode berpikir induktif.
b. Metode deduktif
adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap
yang berlaku khusus berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat umum.
·
Suatu
penalaran bertolak dari pengtahuan yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu
yang memang benar atau sesuatu yang memang salah.
·
Dalam
penalaran, pengetahuan yang dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi semua
premis harus benar. Benar di sini harus meliputi sesuatu yang benar secara formal
maupun material Formal berarti penalaran memiliki bentuk yang tepat, diturunkan
dari aturan – aturan berpikir yang tepat sedangkan material berarti isi atau
bahan yang dijadikan sebagai premis tepat.
1.2 Proposisi
Proposisi ialah kalimat logika yang merupakan
pernyataan tentang hubungan antara dua atau beberapa hal yang dapat dinilai
benar atau salah. Dengan kata lain, Proporsisi sebagai pernyataan yang
didalamnya manusia mengakui atau mengingkari sesuatu tentang sesuatu yang lain.
Proposisi adalah pernyataan tentang hubungan yang terdapat di antara subjek
dan predikat. Dengan kata lain, proposisi adalah pernyataan yang lengkap dalam
bentuk subjek-predikat atau term-term yang membentuk kalimat. Kaliimat
Tanya,kalimat perintah, kalimat harapan , dan kalimat inversi tidak dapa
disebut proposisi . Hanya kalimat berita yang netral yang dapat disebut
proposisi. Tetapi kalimat-kalimat itu dapat dijadikan proposisi apabila diubah
bentuknya menjadi kalimat berita yang netral.
1.3 Inferensi
dan implikasi
Inferensi
adalah tindakan atau proses yang berasal kesimpulan logis dari premis-premis
yang diketahui atau dianggap benar. Kesimpulan yang ditarik juga disebut
sebagai idiomatik. Hukum valid inference dipelajari dalam bidang logika . Inferensi manusia (yaitu bagaimana
manusia menarik kesimpulan) secara tradisional dipelajari dalam bidang psikologi kognitif , kecerdasan buatan para peneliti mengembangkan sistem
inferensi otomatis untuk meniru inferensi manusia. inferensi statistik memungkinkan untuk kesimpulan dari
data kuantitatif.
Metode inferensi
adalah mekanisme berfikir dan pola-pola penalaran yang digunakan oleh sistem
untuk mencapai suatu kesimpulan. Metode ini akan menganalisa masalah tertentu
dan selanjutnya akan mencari jawaban atau kesimpulan yang terbaik.
Penalaran dimulai dengan mencocokan kaidah-kaidah dalam basis pengetahuan
dengan fakta-fakta yang ada dalam basis data.
Ada dua
metode inferensi yang dapat digunakan, yaitu:
Forward
chaining merupakan metode inferensi yang melakukan penalaran dari suatu masalah
kepada solusinya. Jika klausa premis sesuai dengan situasi (bernilai TRUE),
maka proses akan menyatakan konklusi. Forward chaining adalah data-driven
karena inferensi dimulai dengan informasi yang tersedia dan baru konklusi
diperoleh. Jika suatu aplikasi menghasilkan tree yang lebar dan tidak dalam,
maka gunakan forward chaining.
Fakta dapat
ditulis :
1.
p → q
2.
r v s
3.
r → t
4.
~q
5.
u → v
6.
s → p
Inferensi
yang dapat dilakukan
1.
p → q
3. r v s
___~q
__~s
~p
r
2.
s → p
4. r → t
__~p
r___
Kesimpulan : Kacamata ada di meja tamu
Implikasi adalah
pernyataan majemuk yg menggunakan kata hubung “jika…maka…”disebut
implikasi, pernyataan bersyarat, kondisional atau hypothesical
notasi.
1.4 WUJUD EVIDENSI
Evidensi adalah
semua fakta yang ada, semua kesaksian, semua informasi, atau autoritas, dan
sebagainya yang dihubung-hubungkan untuk membuktikan suatu kebenaran. Dalam
argumentasi, seorang penulis boleh mengandalkan argumentasinya pada pernyataan
saja, bila ia menganggap pembaca sudah mengetahui fakta-faktanya, serta
memahami sepenuhnya kesimpulan-kesimpulan yang diturunkan daripadanya. Evidensi
itu berbentuk data atau informasi, yaitu bahan keterangan yang diperoleh dari
suatu sumber tertentu, biasanya berupa statistik, dan keterangan-keterangan
yang dikumpulkan atau diberikan oleh orang-orang kepada seseorang, semuanya
dimasukkan dalam pengertian data (apa yang diberikan) dan informasi (bahan
keterangan).
Wujud Evidensi
Unsur
yang paling penting dalam suatu tulisan argumentatif adalah evidensi. Pada hakikatnya evidensi adalah semua
fakta yang ada, semua kesaksian, semua informasi, atau autoritas, dan
sebagainya yang dihubung-hubungkan untuk membuktikan suatu kebenaran. Fakta
dalam kedudukan sebagai evidensi tidak boleh dicampur-adukkan dengan apa yang
dikenal sebagai pernyataan atau penegasan. Pernyataan tidak mempunyai pengaruh
apa-apa terhadap sebuah evidensi, ia hanya sekedar menegaskan apakah suatu
fakta itu benar atau tidak. Dalam ergumentasi, seorang penulis dapat
mengandalkan argumentasinya pada pernyataan saja, bila ia mengganggap pendengar
sudah mengetahui fakta-faktanya, serta memahami sepenuhnya
kesimpulan-kesimpulan yang diturunkan kepadanya.
Dalam
wujudnya yang paling rendah evidensi itu berbentuk data atau informasi. Yang
dimaksud dengan data atau informasi adalah bahan keterangan yang diperoleh dari
suatu sumber tertentu. Biasanya semua bahan informasi berupa statistic, dan
keterangan-keterangan yang dikumpulkan atau diberikan oleh orang-orang kepada
seseorang, semuanya dimasukkan dalam pengertian data (apa yang diberikan) dan
informasi (bahan keterangan).
1.5 Cara menguji data, fakta dan authoritas
1.5.1 Cara
menguji data
Data
Data adalah
catatan atas kumpulan fakta. Dalam penggunaan sehari-hari data berarti suatu
pernyataan yang diterima secara apa adanya. Pernyataan ini adalah hasil
pengukuran atau pengamatan suatu variabel yang bentuknya dapat berupa angka,
kata-kata, atau citra.
Dalam keilmuan (ilmiah), fakta dikumpulkan untuk menjadi data. Data kemudian diolah sehingga dapat diutarakan secara jelas dan tepat sehingga dapat dimengerti oleh orang lain.
- Data menggambarkan sebuah representasi fakta yang tersusun secara terstruktur.
- Data adalah nilai yang merepresentasikan deskripsi dari suatu objek atau kejadian.
- Data dan informasi yang digunakan dalam penalaran harus merupakan fakta. Oleh karena itu perlu diadakan pengujian melalui cara-cara tertentu sehingga bahan-bahan yang merupakan fakta itu siap digunakan sebagai evidensi. Dibawah ini beberapa cara yang dapat digunakan untuk pengujian tersebut.
Dalam keilmuan (ilmiah), fakta dikumpulkan untuk menjadi data. Data kemudian diolah sehingga dapat diutarakan secara jelas dan tepat sehingga dapat dimengerti oleh orang lain.
- Data menggambarkan sebuah representasi fakta yang tersusun secara terstruktur.
- Data adalah nilai yang merepresentasikan deskripsi dari suatu objek atau kejadian.
- Data dan informasi yang digunakan dalam penalaran harus merupakan fakta. Oleh karena itu perlu diadakan pengujian melalui cara-cara tertentu sehingga bahan-bahan yang merupakan fakta itu siap digunakan sebagai evidensi. Dibawah ini beberapa cara yang dapat digunakan untuk pengujian tersebut.
1.
Observasi
fakta-fakta
yang diajukan sebagai evidansi mungkin belum memuaskan seorang penulis. Untuk
lebih meyakinkan dirinya dan juga pembaca, maka harus dilakukan peninjauan atau
observasi.
2.
Kesaksian
Untuk
memperkuat evidansinya, penulis dapat menggunakan kesaksian-kesaksian orang
lain yang telah mengalami sendiri peristiwa tersebut.
3.
Autoritas
Fakta
dalam usaha menyusun evidansi adalah meminta pendapat dari susatu
autoritas, yakni pendapat dari seorang ahli atau mereka yang telah menyelidiki
fakta-fakta itu dengan cermat
1.5.2 Cara menguji fakta
Fakta
Fakta (bahasa Latin: factus) ialah segala sesuatu yang
tertangkap oleh indra manusia. Catatan atas pengumpulan fakta disebut data.
Fakta seringkali diyakini oleh orang banyak (umum) sebagai hal yang sebenarnya,
baik karena mereka telah mengalami kenyataan-kenyataan dari dekat maupun karena
mereka dianggap telah melaporkan pengalaman orang lain yang sesungguhnya.
Dalam istilah keilmuan fakta adalah suatu hasil observasi yang
obyektif dan dapat dilakukan verifikasi oleh siapapun.
Untuk menetapkan apakah data atau informasi yang kita peroleh itu merupakan fakta, maka harus diadakan penilaian. Penilaian tersebut baru merupakan penilaian tingkat pertama untuk mendapatkan keyakitan bahwa semua bahan itu adalah fakta, sesudah itu pengarang atau penulis harus mengadakan penilaian tingkat kedua yaitu dari semua fakta tersebut dapat digunakan sehingga benar-benar memperkuat kesimpulan yang akan diambil.
1)
Konsistensi
Konsistensi dalam ilmu logika adalah teori konsistensi merupakan
sebuah sematik dengan sematik yang lainnya tidak mengandung kontradiksi. Tidak
adanya kontradiksi dapat diartikan baik dalam hal semantik atau berhubung dengan
sintaksis. Definisi semantik yang menyatakan bahwa sebuah teori yang konsisten
jika ia memiliki model; ini digunakan dalam arti logika tradisional Aristoteles walaupun dalam logika matematika
kontemporer terdapat istilah satisfiable yang digunakan. Berhubungan dengan
pengertian sintaksis yang menyatakan bahwa sebuah teori yang konsisten jika
tidak terdapat rumus P seperti yang kedua P dan penyangkalan adalah pembuktian
dari aksioma dari teori yang terkait di bawah sistem deduktif.
2)
Koherensi
Koherensi
atau kepaduan yang baik dan kompak adalah hubungan timbal balik yang baik dan
jelas antara unsur-unsur (kata atau kelompok kata) yang membentuk kalimat itu.
Bagaimana hubungan antara subjek dan predikat, hubungan antara predikat dan
objek, serta keterangan-keterangan lain yang menjelaskan tiap-tiap unsur pokok
tadi.
Kesalahan
yang seringkali merusakkan koherensi adalah menempatkan kata depan, kata
penghubung yang tidak sesuai atau tidak pada tempatnya, penempatan keterangan
aspek tidak sesuai dan sebagainya. Bila gagasan yang tidak berhubungan satu
sama lain disatukan, maka selain merusak kesatuan pikiran, juga akan merusak
koherensi kalimat yang bersangkutan. Dalam kesatuan pikiran lebih ditekankan
adanya isi pikiran, sedangkan dalam koherensi lebih ditekankan segi stuktur,
atau interrelasi antara kata-kata yang menduduki sebuah ltugas dalam kalimat.
1.5.3 Cara menguji authoritas
Seorang penulis yang objektif selalu menghidari semua desas-desus atau kesaksian dari tangan kedua. Penulis yang baik akan membedakan pula apa yang hanya merupakan pendapat saja atau pendapat yang sungguh-sungguh didasarkan atas penelitian atau data eksperimental.
Ø Tidak mengandung prasangka
Yang
tidak mengandung prasangka artinya pendapat itu disusun berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan oleh para ahli itu sendiri, atau didasarkan pada
hasil-hasil eksperimental yang dilakukannya.
Ø
Pengalaman dan pendidikan autoritas
Pengalaman
dan pendidikan yang diperolehnya harus dikembangkan lebih lanjut dalam
kegiatan-kegiatan sebagai seorang ahli yang diperoleh melalui pendidikannya.
Ø
Kemashuran dan prestise
Apakah
pendapat yang diberikan autoritas sejalan dengan perkembangan dan kemajuan
zaman atau koheren dengan pendapat sikap terakhir dalam bidang itu. Untuk
memperlihatkkan bahwa penulis benar-benar siap dengan persoalan yang tengah
diargumentasikan, jangan berdasarkan pada satu autoritas saja, maka hal itu
memperlihatkan bahwa penulis kurang menyiapkan diri.
Ø
Koherensi
dengan kemajuan
REFERENSI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar