Pusaka Kepemimpinan
PUSAKA HASTA BRATA (Wahyu Makutha Rama)
Dalam cerita pewayangan wahyu Makutha Rama
atau dikenal pula sebagai ilmu Hasta Brata pernah berhasil sukses menghantarkan
dua tokoh atau dua orang raja besar titisan Bathara Wisnu, yakni Sri Rama
Wijaya duduk sebagai raja di kerajaan Ayodya, dan Sri Bathara Kresna adalah
raja yang bertahta di kerajaan Dwarawati. Dikatakan bahwa anasir ke-delapan
unsur alam semesta tersebut dapat menjadi teladan perilaku sehari-hari dalam
pergaulan masyarakat terlebih lagi dalam rangka memimpin negara dan bangsa.
Inilah antara lain sebagaimana yang saya maksudkan dengan sinergi dan
harmonisasi antara jagad kecil dengan jagad besar.
Kedelapan unsur alam semesta tersebut
menggambarkan pula 8 Dewa beserta sifat-sifatnya, seperti di bawah ini ;
1. Watak Bumi (Hambeging Kisma)
Digambarkan watak Bethara Wisnu sebagai
karakter bumi yang memiliki sifat kaya akan segalanya dan suka berderma.
Pemimpin yang mengikuti sifat bumi adalah seseorang yang memiliki sifat kaya
hati. Bumi secara alamiah juga berwatak melayani segala yang hidup. Bumi dengan
unsur tanahnya bersifat dingin tidak kagetan dan gumunan, sebaliknya bersifat
luwes (fleksibel) mudah adaptasi dengan segala macam situasi dan kondisi tanpa
harus merubah unsur-unsur tanahnya. Maknanya, sekalipun seseorang bersifat
mudah adaptasi atau fleksibel namun tidak mudah dihasut, tak mempan
diprovokasi, karena berbekal ketenangan pikir, kebersihan hati, dan kejernihan
batinnya dalam menghadapi berbagai macam persoalan dan perubahan.
Bumi juga selalu menempatkan diri berada di
bawah menjadi alas pijakan seluruh makhluk. Artinya seseorang yang bersifat
bumi akan bersifat rendah hati, namun mampu menjadi tumpuan dan harapan orang
banyak.
2. Watak Matahari (Hambeging Surya)
Matahari bersifat menerangi. Seseorang yang
berwatak matahari akan selalu menjadi penerang di antara sesama sebagaimana
watak Bathara Surya. Mampu menyirnakan segala kegelapan dalam kehidupan.
Kapanpun dan di manapun ia akan selalu memberikan pencerahan kepada orang lain.
Seseorang yang berwatak matahari, ia menjadi sumber pencerahan bagi kehidupan
manusia, serta mampu berperan sebagai penuntun, guru, pelindung sekaligus menjalankan
dinamika kehidupan manusia ke arah kemajuan peradaban yang lebih baik. Sikap
dan prinsip hidup orang yang berwatak matahari, ia akan konsisten, teguh dalam
memegang amanat, ora kagetan (tidak mudah terkaget-kaget), ora gumunan (tidak
gampang heran akan hal-hal baru dan asing).
3. Watak Bintang (Hambeg Kartika)
Kartika atau bintang berwatak selalu mapan
dan tangguh, walaupun dihempas angin prahara (sindhung riwut) namun tetap teguh
dan tidak terombang-ambing. Mampu menghibur yang lagi sedih, dan menuntun orang
yang sedang mengalami kebingungan, serta menjadi penerang di antara kegelapan.
Seseorang yang mengadopsi perilaku bintang, akan memiliki cita-cita, harapan
dan target yang tinggi untuk kemakmuran dan kesejahteraan tidak hanya untuk
diri sendiri namun juga orang banyak. Maka sebutan sebagai “bintang” selalu
dikiaskan dengan suatu pencapaian prestasi yang tinggi. Orang yang berwatak
bagai bintang akan selalu menunjukkan kualitas dirinya dalam menghadapi
berbagai macam persoalan kehidupan.
4. Watak Rembulan (hambeg Candra)
Candra atau rembulan, berwatak memberikan
penerang kepada siapapun yang sedang mengalami kegelapan budi, serta memberikan
suasana tenteram pada sesama. Watak rembulan menggambarkan nuansa keindahan
spiritual yang mendalam. Selalu eling dan waspadha, selalu mengarahkan
perhatian batinnya senantiasa berpegang pada harmonisasi dan keselarasan
terhadap hukum alam (arab; kehendak ilahi/musyahadah). Lakuning rembulan,
seseorang mampu “nggayuh kawicaksananing Gusti” artinya mampu memahami apa yang
menjadi kehendak (kebijaksanaan) Sang Jagadnata. Setelah memahami, lalu kita
ikuti kehendak Tuhan menjadi sebuah “laku tapa ngeli” artinya kita hanyutkan
diri pada kehendak Ilahi. Witing klapa salugune wong Jawa, dhasar nyata laku
kang prasaja.
5.a Watak Samodra
Watak samudra maknanya adalah hati yang luas,
penuh kesabaran, serta siap menerima berbagai keluhan atau mampu menampung
beban orang banyak tanpa perasaan keluh kesah. Samodra menggambarkan satu wujud
air yang sangat luas, namun di dalamnya menyimpan kekayaan yang sangat bernilai
dan bermanfaat untuk kehidupan manusia. Namun samodra tidak pernah pamer
potensinya yang bernilai besar kepada orang banyak. Samodra memendam segala
kemampuan, kelebihan dan potensinya berada dalam kandungan air yang dalam.
Manusia watak samodra, tidak pernah
membeda-bedakan golongan, kelompok, suku, bangsa, dan agama. Semua dipandang
sama-sama makhluk ciptaan Tuhan yang memiliki kesamaan derajat di hadapan
Tuhan. Yang mebedakan adalah akal-budinya, keadaan batin, serta perbuatannya
terhadap sesama. Dalam bidang keilmuan, watak samodra akan sangat arif dan
bijaksana.
5b. Watak Air (Hambeg Tirta)
Mengambil sisi positif dari watak maruta.
Tirta atau air berwatak selalu rendah hati dalam perilaku badan (solah) dan
perilaku batin (bawa) atau andhap asor. Selalu menempatkan diri pada tempat
yang rendah, umpama perilaku dinamakan rendah hati (lembah manah) dan sopan
santun (andhap asor). Orang yang berwatak air akan selalu rendah hati, mawas
diri, bersikap tenang, mampu membersihkan segala yang kotor. Berwatak air, akan
membawa diri kita dalam sikap yang tenang, tak mudah stress, tidak mudah
bingung, tidak gampang kagetan, lemah-lembut namun memiliki daya kekuatan yang
sangat dahsyat.
6. Watak Langit (Hambeg Akasa)
Akasa atau langit. Bersifat melindungi atau
mengayomi terhadap seluruh makhluk tanpa pilih kasih, dan memberi keadilan
dengan membagi musim di berbagai belahan bumi. Watak langit ini relatif paling
sulit diterapkan oleh manusia zaman sekarang, khususnya di bumi nusantara ini.
Seorang pemimpin, negarawan, politisi, yang mampu bersikap tanpa pilih kasih
dan bersedia mengayomi seluruh makhluk
hidup, merupakan tugas dan tanggungjawab yang sangat berat. Apalagi di tengah
kondisi politik dan kehidupan bermasyarakat yang cenderung mencari benarnya
sendiri, mencari untungnya sendiri, dan mencari menangnya sendiri. Tidak jarang
seseorang, atau wakil rakyat yang hanya memperjuangkan kepentingan partainya
saja, bukan kepentingan bangsa.
7. Watak Angin (Hambeg Maruta)
Maruta atau angin atau udara. Mengambil sisi
positif dari watak angin Bathara Bayu. Watak angin mampu merasakan apa yang
orang lain rasakan (empati), orang berwatak angin akan mudah simpati dan
melakukan empati. Watak angin sangat teliti dan hati-hati, penuh kecermatan,
sehingga seorang yang berwatak angin akan mengetahui berbagai persoalan dengan
data-data yang cukup valid dan akurat. Sehingga menjadi orang yang dapat
dipercaya dan setiap ucapannya dapat dipertanggungjawabkan.
8. Watak Api (Hambeg Agni)
Agni atau api atau dahana. Yang diambil
adalah sisi positif dari watak api yakni Bathara Brahma. Watak api adalah
mematangkan dan meleburkan segala sesuatu. Seorang yang mengambil watak api
akan mampu mengolah semua masalah dan kesulitan menjadi sebuah pelajaran yang
sangat berharga. Ia juga bersedia untuk melakukan pencerahan pada sesama yang
membutuhkan, murah hati dalam mendidik dan menularkan ilmu pengetahuan kepada
orang-orang yang haus akan ilmu. Mematangkan mental, jiwa, batin sesama yang
mengalami stagnansi atau kemandegan spiritual. Api tidak akan mau menyala tanpa
adanya bahan bakar.
Demikianlah nilai-nilai kepemimpinan yang
terkandung di dalam falsafah Hasta Brata yang menjadi pusaka pegangan Prabu
Rama Wijaya dan Prabu Sri Bethara Kresna sewaktu jumeneng raja di tlatah Ayodya
Pala. Yang diwejangkan juga kepada Raden
Arjuna.
v
Nilai-nilai kepemimpinan
Nilai-nilai kepemimpinan
adalah sejumlah sifat-sifat utama yang harus dimiliki seorang pemimpin agar
kepemimpinannya dapat efektif dan efisien untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan. Sifat-sifat utama tersebut ibarat “roh” nya pemimpin yang membuat
seseorang mampu menjalankan kepemimpinannya dengan berhasil guna. Tanpa roh
kepemimpinan maka posisi atau jabatan seseorang sebagai pemimpin tidak ada
artinya.
Beberapa nilai
kepemimpinan yang perlu dimiliki seorang pemimpin antara lain adalah sebagai
berikut :
·
Integritas dan moralitas. Integritas menyangkut mutu,
sifat dan keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi
dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan dan kejujuran. Moralitas menyangkut
ahlak, budi pekerti, susila, ajaran tentang baik dan buruk, segala sesuatu yang
berhubungan dengan etiket, adat sopan santun. Di tengah sorotan publik tentang
kinerja sebagian pemimpin aparatur pemerintah yang kurang memuaskan dengan
terjadinya kasus-kasus korupsi dan berbagai penyimpangan, maka nilai-nilai
integritas dan moralitas pemimpin perlu mendapat perhatian utama.
·
Tanggung jawab. Seorang pemimpin harus memikul tanggung
jawab untuk menjalankan misi dan mandat yang dipercayakan kepadanya. Pemimpin
harus bertanggungjawab atas apa yang dilakukan dan tidak dilakukannya untuk
mencegah terjadinya penyimpangan-penyimpangan dalam organisasi. Ia harus
memiliki keberanian untuk mempertanggungjawabkan tindakan yang telah dilakukan
dan mengambil risiko atau pengorbanan untuk kepentingan organisasi dan
orang-orang yang dipimpinnya. Pemimpin harus mengutamakan kepentingan
organisasi daripada kepentingan pribadi atau keluarga termasuk pengorbanan
waktu. Di sisi lain, pemimpin harus melatih bawahan untuk menerima tanggung
jawab serta mengawasi pelaksanaan tugasnya.
·
Visi Pemimpin. Kepemimpinan seorang pemimpin nyaris
identik dengan visi kepemimpinannya. Visi adalah arah ke mana organisasi dan
orang-orang yang dipimpin akan dibawa oleh seorang pemimpin. Pemimpin ibarat
seorang nakhoda yang harus menentukan ke arah mana kapal dengan penumpangnya
akan di arahkan. Visi pemimpin akan menginspirasi tindakandan membantu
membentuk masa depan. Visi adalah masa depan yang realistis, dapat dipercaya
dan menjembatani masa kini dan masa depan yang lebih baik sesuai kondisi
(sosial politik, ekonomi, budaya) yang diharapkan. Pemimpin adalah “pemimpi” yang
sanggup mewujudkan mimpinya menjadi kenyataan. Burt Nanus dalam bukunya
Kepemimpinan Visioner mengatakan :“ Tak ada mesin penggerak organisasi yang
lebih bertenaga dalam meraih keunggulan dan keberhasilan masa depan, kecuali
visi yang menarik, berpengaruh dan dapat diwujudkan serta mendapat dukungan
luas.”
·
Kebijaksanaan. Kebijaksanaan (wisdom) yaitu kearifan
seorang pemimpin dalam memutuskan sesuatu sehingga keputusannya adil dan
bijaksana. Kebijaksanaan memiliki makna lebih dari kepandaian atau kecerdasan.
Pemimpin setiap saat dihadapkan kepada situasi yang rumit dan sulit untuk
mengambil keputusan karena terdapat perbedaan kepentingan antar kelompok
masyarakat dan mereka yang akan terkena dampak keputusannya.
·
Keteladanan. Keteladanan seorang pemimpin adalah sikap
dan tingkah laku yang dapat menjadi contoh bagi orang-orang yang dipimpinnya.
Keteladanan berkaitan erat dengan kehormatan,
integritas dan moralitas pemimpin.
·
Menjaga Kehormatan. Seorang pemimpin harus menjaga
kehormatan dengan tidak melakukan perbuatan tercela karena semua perbuatannya
menjadi contoh bagi bawahan dan orang-orang yang dipimpinnya.
·
Beriman. Beriman kepada Tuhan Yang Mahaesa sangat penting
karena pemimpin adalah manusia biasa dengan semua keterbatasannya secara fisik,
pikiran dan akal budi sehingga banyak masalah yang tidak akan mampu dipecahkan
dengan kemampuannya sendiri. Iman dapat menjembatani antara keterbatasan
manusia dengan kesempurnaan yang dimiliki Tuhan, agar kekurangan itu dapat
diatasi. Iman juga merupakan perisai untuk meredam keinginan dan nafsu-nafsu
duniawi serta godaan untuk melakukan penyimpangan-penyimpangan dalam
menjalankan kepemimpinannya.
·
Kemampuan Berkomunikasi. Suatu proses kepemimpinan pada
hakikatnya mengandung beberapa komponen yaitu : pemimpin, yang dipimpin,
komunikasi dan interkasi antara pemimpin dan yang dipimpin, sertalingkungan
dari proses komunikasi tersebut. Di sini tampak bahwa antara pemimpin dan yang
dipimpin terdapat suatu ikatan kuat sebagai satu keutuhan dan memiliki
ketergantungan satu sama lain. Untuk mencapai hal tersebut maka seorang
pemimpin harus mampu membangun komunikasi dengan orang-orang yang dipimpinnya
sehingga kepemimpinannya dapat efektif dan efisien. Sebaliknya, kegagalan dalam
menjalankan komunikasi dapat menimbulkan keadaan yang kurang harmonis dalam
organisasi bahkan dapat menjurus kepada situasi konflik yang mengganggu
pelaksanaan tugas.
2.1
TEORI KEPEMIMPINAN
Di tinjau dari segi sejarah, pemimpin atau kepemimpinan
lahir sejak nenek moyang, sejak terjadinya hubungan kerjasama atau usaha
bersama antara manusia yang satu dengan dengan manusia yang lain untuk menjapai
tujuan bersama yang telah ditetapkan. Jadi kepemimpinan lahir bersama – sama
timbulnya peradaban manusia. Menurut
sejarah, masa “kepemimpinan” muncul pada abad 18.
Ada
beberapa pengertian kepemimpinan, antara lain:
1.
Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi,
dalam situasi tertentu dan langsung melalui proses
komunikasi untuk mencapai satu atau
beberapa tujuan tertentu (Tannebaum, Weschler and Nassarik, 1961, 24).
2.
Kepemimpinan adalah sikap pribadi, yang memimpin pelaksanaan aktivitas untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. (Shared Goal, Hemhiel & Coons, 1957, 7).
3.
Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi
aktifitas kelompok yang diatur untuk mencapai tujuan bersama (Rauch & Behling, 1984, 46).
4.
Kepemimpinan adalah kemampuan seni atau tehnik untuk membuat sebuah kelompok
atau orang mengikuti dan menaati segala keinginannya.
Kepemimpinan adalah suatu
proses yang memberi arti (penuh arti kepemimpinan) pada kerjasama dan
dihasilkan dengan kemauan untuk memimpin dalam mencapai tujuan.
Pemimpin adalah inti dari manajemen. Ini berarti bahwa
manajemen akan tercapai tujuannya jika
ada pemimpin. Kepemimpinan hanya dapat dilaksanakan oleh seorang pemimpin.
Seorang pemimpin adalah seseorang yang mempunyai keahlian memimpin, mempunyai
kemampuan mempengaruhi pendirian/pendapat orang atau sekelompok orang tanpa
menanyakan alasan-alasannya. Seorang
pemimpin adalah seseorang yang aktif membuat rencana-rencana,
mengkoordinasi, melakukan percobaan dan memimpin pekerjaan untuk mencapai
tujuan bersama-sama.
1.
Teori Kelahiran Pemimpin
Para
ahli teori kepemimpinan telah mengemukakan beberapa teori tentang timbulnya
Seorang Pemimpin. Dalam hal ini terdapat 3 (tiga) teori yang menonjol
(Sunindhia dan Ninik Widiyanti, 1988:18), yaitu:
a. Teori
Genetik
Penganut teori ini berpendapat bahwa, “pemimpin itu
dilahirkan dan bukan dibentuk” [Leaders
are born and not made]. Pandangan terori ini bahwa, seseorang akan menjadi
pemimpin karena “keturunan” atau ia telah dilahirkan dengan “membawa bakat”
kepemimpinan. Teori
keturunan ini, dapat saja terjadi,
karena seseorang dilahirkan telah
“memiliki potensi” termasuk “memiliki potensi atau bakat” untuk memimpin dan
inilah yang disebut dengan faktor “dasar”. Dalam realitas, teori keturunan ini biasanya dapat terjadi di
kalangan bangsawan atau keturunan raja-raja, karena orang tuanya menjadi raja
maka seorang anak yang lahir dalam keturunan tersebut akan diangkan menjadi
raja.
b. Teori
Sosial
Penganut teori ini
berpendapat bahwa, seseorang yang
menjadi pemimpin dibentuk dan bukan dilahirkan (Leaders are made and not
born). Penganut teori berkeyakinan
bahwa semua orang itu sama dan mempunyai potensi untuk menjadi pemimpin. Tiap orang mempunyai potensi atau bakat
untuk menjadi pemimpin, hanya saja paktor lingkungan atau faktor pendukung yang
mengakibatkan potensi tersebut teraktualkan atau tersalurkan dengan baik dan
inilah yang disebut dengan faktor “ajar” atau “latihan”.
Pandangan
penganut teori ini bahwa, setiap orang dapat dididik, diajar, dan dilatih untuk
menjadi pemimpin. Intinya, bahwa setiap
orang memiliki potensi untuk menjadi pemimpin, meskipun dia bukan merupakan
atau berasal dari keturunan dari seorang pemimpin atau seorang raja, asalkan
dapat dididik, diajar dan dilatih untuk menjadi pemimpin.
c. Teori
Ekologik
Penganut
teori ini berpendapat bahwa, seseorang
akan menjadi pemimpin yang baik “manakala dilahirkan” telah memiliki bakat
kepemimpinan. Kemudian bakat tersebut dikembangkan melalui pendidikan, latihan, dan
pengalaman-pengalaman yang memungkinkan untuk mengembangkan lebih lanjut bakat-bakat
yang telah dimiliki.
Jadi,
inti dari teori ini yaitu seseorang yang akan menjadi pemimpin merupakan
perpaduan antara faktor keturunan, bakat, dan lingkungan yaitu faktor
pendidikan, latihan dan pengalaman-pengalaman yang memungkinkan bakat tersebut
dapat teraktualisasi dengan baik.
2.
Teori Kepemimpinan
Memahami
teori-teori kepemimpinan sangat besar artinya untuk mengkaji sejauh mana
kepemimpinan dalam suatu organisasi telah dapat dilaksanakan secara efektif
serta menunjang kepada produktifitas organisasi secara keseluruhan.
Seorang
pemimpin harus mengerti tentang teori kepemimpinan agar nantinya mempunyai
referensi dalam menjalankan sebuah organisasi. Beberapa teori tentang
kepemimpinan antara lain :
1.
Teori Kepemimpinan Sifat (Trait Theory)
Analisis
ilmiah tentang kepemimpinan berangkat dari pemusatan perhatian pemimpin itu
sendiri. Teori sifat berkembang pertama kali di Yunani Kuno dan Romawi yang
beranggapan bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan diciptakan yang kemudian teori
ini dikenal “The Greatma Theory”. Dalam perkembangannya, teori ini mendapat
pengaruh dari aliran perilaku pemikir psikologi yang berpandangan bahwa
sifat-sifat kepemimpinan tidak seluruhnya dilahirkan akan tetapi juga dapat
dicapai melalui pendidikan dan pengalaman. Sifat-sifat itu antara lain: sifat
fisik, mental dan kepribadian.
Keith Devis merumuskan 4
sifat umum yang berpengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan organisasi,
antara lain:
a)
Kecerdasan
Berdasarkan hasil penelitian, pemimpin yang
mempunyai kecerdasan yang tinggi di atas kecerdasan rat-rata dari pengikutnya
akan mempunyai kesempatan berhasil yang lebih tinggi pula. Karena pemimpin pada
umumnya memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
pengikutnya.
b)
Kedewasaan dan keluasan hubungan sosial
Umumnya di dalam melakukan interaksi sosial
dengan lingkungan internal maupun eksternal, seorang pemimpin yang berhasil
mempunyai emosi yang matang dan stabil. Hal ini membuat pemimpin tidak mudah
panic dan goyah dalam mempertahankan pendirian yang diyakini kebenarannya.
c)
Motivasi diri dan dorongan berprestasi
Seorang pemimpin yang berhasil umumnya
memiliki motivasi diri yang tinggi serta dorongan untuk berprestasi. Dorongan
yang kuat ini kemudian tercermin pada kinerja yang optimal, efektif dan efisien.
d)
Sikap hubungan kemanusiaan
Adanya pengakuan terhadap harga diri dan
kehormatan sehingga para pengikutnya mampu berpihak kepadanya.
2. Teori Kepemimpinan
Perilaku dan Situasi
Berdasarkan penelitian,
perilaku seorang pemimpin yang mendasarkan teori ini memiliki kecenderungan
kearah 2 hal, yaitu:
Pertama
yang disebut dengan Konsiderasi yaitu kecendrungan seorang pemimpin yang
menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan. Contoh gejala yang ada dalam hal
ini seperti : membela bawahan, memberi masukan kepada bawahan dan bersedia
berkonsultasi dengan bawahan.
Kedua
disebut Struktur Inisiasi yaitu Kecendrungan seorang pemimpin yang memberikan
batasan kepada bawahan. Contoh yang dapat dilihat , bawahan mendapat instruksi
dalam pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana pekerjaan dilakukan, dan hasil yang
akan dicapai.
Jadi,
berdasarkan teori ini, seorang pemimpin yang baik adalah bagaimana seorang
pemimpin yang memiliki perhatian yang tinggi kepada bawahan dan terhadap hasil
yang tinggi pula.
3.
Teori kewibawaan pemimpin
Kewibawaan
merupakan faktor penting dalam kehidupan kepemimpinan, sebab dengan faktor itu
seorang pemimpin akan dapat mempengaruhi perilaku orang lain baik secara
perorangan maupun kelompok sehingga orang tersebut bersedia untuk melakukan apa
yang dikehendaki oleh pemimpin.
4.
Teori kepemimpinan situasi
Seorang
pemimpin harus merupakan seorang pendiagnosa yang baik dan harus bersifat
fleksibel, sesuai dengan perkembangan dan tingkat kedewasaan bawahan.
5.
Teori kelompok
Agar
tujuan kelompok (organisasi) dapat tercapai, harus ada pertukaran yang positif
antara pemimpin dengan pengikutnya
3.2
Syarat-syarat Kepemimpinan
Ada
tiga hal penting dalam konsepsi kepemimpinan antara lain:
1.
Kekuasaan
Kekuasaaan adalah otorisasi dan legalitas
yang memberikan wewenang kepada pemimpin untuk mempengaruhi dan menggerakkan
bawahan untuk berbuat sesuatu dalam rangka penyelesaian tugas tertentu.
2.
Kewibawaan
Kewibawaan merupakan keunggulan, kelebihan,
keutamaan sehingga pemimpin mampu mengatur orang lain dan patuh padanya.
3.
Kemampuan
Kemampuan adalah sumber daya kekuatan,
kesanggupan dan kecakapan secara teknis maupun social, yang melebihi dari
anggota biasa. Sementara itu Stodgill yang dikutip James A. Lee menyatakan
pemimpin itu harus mempunyai kelebihan sebagai persyaratan, antara lain:
1. Kepastian, kecerdasan, kewaspadaan,
kemampuan berbicara, kemampuan menilai.
2. Prestasi, gelar kesarjanaan, ilmu
pengetahuan dalam bidang tertentu.
3. Tangggung jawab, berani, tekun, mandiri,
kreatif, ulet, percaya diri, agresif.
4. Partisipasi aktif, memiliki stabilitas
tinmggi, kooperatif, mampu bergaul.
5. Status, kedudukan social ekonomi cukup tinggidan
tenar.
Azas Kepemimpinan
Asas kepemimpinan digali dari nilai-nilai
kepemimpinan di bumi Indonesia. Semua asas itu dapat diterapkan pada
tugas-tugas kepemimpinan pada semua sektor dan eselon, mulai dari guru dan
lurah di desa, sampai pada pejabat-pejabat lokal, regional, dan di pusat
pemerintahan. Yang paling penting dari kesebelas asas tersebut ialah tiga asas
pertama, yang sangat ditonjolkan oleh Ki Hajar Dewantara, dan pada akhirnya dijadikan
prinsip utama kepemimpinan Pancasila. Kesebelas asas tersebut ialah :
1.
Ing Ngarsa sung Tulada (di depan memberikan
teladan)
Pemimpin yang baik adalah orang yang berani
berjalan di depan, untuk menjadi ujung tombak dan tameng/perisai di arena perjuangan,
untuk menghadapi rintangan dan bahay-bahaya dalam merintis segala macam usaha.
Di depan dia menjadi teladan yang baik. Seorang pemimpin harus
menngabdikan diri kepada kepentingan umum dan kepentingan segenap anggota
organisasi. Dia bukan hanya pandai memberi perintah saja, akan tetapi juga
bijaksana dalam memberikan petunuju-petunjuk, nasihat-nasihat, perlindungan dan
pertimbangan. Di depan dia harus benar-benar berani menjadi ”ujung tombak” bagi
setiap usaha rintisan dan perjuangan.
2. Ing Madya Mangun Karsa ( di tengah membangun motivasi dan
kemauan)
Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mau
terjun di tengah-tengah anak buahnya, merasa senasib sepenanggungan sanggup
menggugah dan membangkitkan gairah serta motivasi kerja, semangat tempur/juang,
dan etik kerja yang tinggi. Karena dia ada di tengah-tengah anak buahnya, maka
dia selalu tanggap dan mampu berpikir serta bertindak dengan cepat serta tepat,
sesuai dengan tuntutan kondisi dan situasinya. Pemimpin yang sedemikian
itu selalu memiliki kesentosaan batin. Dia menghayati kesulitan anak buahnya,
dan ikut merasakan peristiwa-peristiwa yang gawat bersama-sama para
pengikutnya.
3.
Tut Wuri Handayani
Pada saat yang tepat pemimpin juga
harus sanggup berdiri di belakang anak buahnya. Hal ini bukan berarti bahwa
dengan kecut hati pemimpin ”bersembunyi” di belakang pengikutnya, dan mengekor
di balik kekuatan anak buahnya. Akan tetapi harus diartikan sebagai mau
memberikan dorongan dan kebebasan, agar bawahannya mau berprakarsa, berani
berinisiatif, dan memiliki kepercayaan diri untuk berpartisipasi dan berkarya
dan tidak selalu bergantung pada perintah atasan saja.
Nasihat-nasihat, koreksi, dan petunjuk-petunjuk akan selalu diberikan atas dasar rasa sayang pada anak buah, dan didorong oleh rasa tanggung jawab besar akan keberhasilan usaha yang dilakukan bersama-sama. Dengan demikian, walaupun pemimpin berdiri dibelakang, namun fungsinya memberikan daya kekuatan dan dukungan moril untuk memperkuat setiap langkah dan tindakan bawahannya. Ringkasnya, dibelakang dia mendorong dan memberi pengaruh baik ”yang menguatkan” kepada anak buahnya yang dipimpinnya.
Nasihat-nasihat, koreksi, dan petunjuk-petunjuk akan selalu diberikan atas dasar rasa sayang pada anak buah, dan didorong oleh rasa tanggung jawab besar akan keberhasilan usaha yang dilakukan bersama-sama. Dengan demikian, walaupun pemimpin berdiri dibelakang, namun fungsinya memberikan daya kekuatan dan dukungan moril untuk memperkuat setiap langkah dan tindakan bawahannya. Ringkasnya, dibelakang dia mendorong dan memberi pengaruh baik ”yang menguatkan” kepada anak buahnya yang dipimpinnya.
4. Takwa kepada
TYME
Pemimpin Indonesia dituntut agar memiliki
keyakinan beragama, keimanan, dan ketakwaan yang teguh terhadap Tuhan yang Maha
Esa. Kesadaran sedemikian menimbulkan pengertian bahwa setiap insan Indonesia
mempeunyai kedudukan yang sama tingginya di hadapan Tuhan. Kesadaran tersebut
menginsyafkan seorang pemimpin, bahwa dirinya bukan seorang yang maha super,
bukan pula sumber kewenangan yang mutlak dalam menentukan permasalahandan
kedudukan orang lain, terutama bawahan dan pengikut-pengikutnya.
Kesadaran beragama dan keimanan akan menjadikan orang tidak merasa lebih tinggi dari orang lain, sehingga dia memiliki perasaan kasih sayang, belas kasih terhadap sesama, dan semangat persaudaraan terhadap bawahan yang harus dibimbing dan dikembangkan. Karena itu keimanan kapada Tuhan akan membawa orang untuk selalu berbuat adil, benar, jujur, sabar, tekun dan rendah hati (tidak sombong).
Kepercayaan kepada Tuhan akan membuat kalbu dan hati menjadi bersih dan suci lahir batin dan membuat pemimpin menjadi hening, heling, dan awas waspada.
Kesadaran beragama dan keimanan akan menjadikan orang tidak merasa lebih tinggi dari orang lain, sehingga dia memiliki perasaan kasih sayang, belas kasih terhadap sesama, dan semangat persaudaraan terhadap bawahan yang harus dibimbing dan dikembangkan. Karena itu keimanan kapada Tuhan akan membawa orang untuk selalu berbuat adil, benar, jujur, sabar, tekun dan rendah hati (tidak sombong).
Kepercayaan kepada Tuhan akan membuat kalbu dan hati menjadi bersih dan suci lahir batin dan membuat pemimpin menjadi hening, heling, dan awas waspada.
5. Waspada purba wisesa (waspada dan
berkuasa)
Waspada itu mempunyai ketajaman penglihatan
dan juga mampu menembus penglihatan ke depan, mampu mengadakan forecasting atau
meramal bagi masa mendatang, atau bersifat futuristik. Sedang ”murba” atau
”purba” itu artinya mampu mencipta atau mampu mengendalikan menguasai.
Wasesa ialah keunggulan, kelebihan, kekuasaan berdasarkan kewibawaan, atau kewibawaan yang disertai kekuasaan. Jadi purba wasesa ialah mampu menciptakan dan mengendalikan semua kelebihan/keunggulan dan kekuasaan.
Wasesa ialah keunggulan, kelebihan, kekuasaan berdasarkan kewibawaan, atau kewibawaan yang disertai kekuasaan. Jadi purba wasesa ialah mampu menciptakan dan mengendalikan semua kelebihan/keunggulan dan kekuasaan.
6. Ambeg paramarta
Ambeg itu artinya mempunyai sifat-sifat.
Paramarta (sansekerta :paramartha) artinya yang benar, yang hakiki. Maka ambeg
paramartha itu artinya murah, karim, dermawan, mulia, murni, baik hati.
Biasanya ”paramartha” selalu disertai dengan ”adil” jadi ambeg adil-paramartha
berarti : bersikap adil, mampu membedakan yang penting dan yang tidak penting,
sehingga mendahulukan hal-hal yang perlu dan penting, dan menomorduakan
peristiwa-peristiwa yang remeh dan tidak penting. Jadi, pemimpin itu harus
cakap menyusun satu sistem hierarki, agar selalu dapat memeriksa (haniti
priksa), serta menata segala usaha dan prilaku. Ringkasnya, dia mampu dengan
tepat memilih mana yang harus didahulukan, dan mana yang harus diusulkan
kemudian serta selalu bersikap adil.
7. Ambeg prasaja (bersifat sederhana)
Ambeg prasaja pada diri pemimpin itu berarti
dia bersifat sederhana, terus terang, blak-blakan, tulus, lurus, ikhlas, benar,
dan toleran. Sikapnya bersahaja/tunggal, hidupnya juga tidak berlebih-lebihan,
tetap sederhana, dan tidak tamak.
8. Ambeg Satya (setia)
Amberg satya itu ialah bersifat setia, menepati
janji, dan selalu memenuhi segala ucapannya. Pemimpin sedemikian ini dapat
dipercaya sebab dia jujur-lurus-tulus dan setia, cermat, tepat, dan loyal
terhadap kelompoknya. Dia senantiasa berusaha agar hidupnya berguna, dan bisa
membuat senang serta bahagia orang lain, terutama bawahan atau anak buahnya.
9. Gemi Nastiti ( hemat dan teliti-cermat)
Pemimpin yang baik itu sifatnya hemat cermat,
dan berhati-hati, tidak boros. Hemat karena ia mampu melaksanakan semua
pekerjaan dengan efektif dan efisien. Hemat pula dalam mengelola sumber tenaga
manusia, material, dan harta per,odalan, dan menyingkiri semua tingkah laku
yang tidak memberi manfaat.
10. Blaka ( terbuka, jujur, lurus)
Pimpinan yang baik harus bersikap terbuka,
komunikatif. Dia bersedia memberikan kesempatan kepada bawahan dan orang lain
untuk mengemukakan sugesti usul, pendapat, kritik yang konstruktif, dan
koreksi. Dia tidak merasa terlalu bodoh atau malu hati untuk belajar dari
lingkungan dan bawahannya sendiri sekalipun. Sebab, belajar dari pengalaman
orang lain itu merupakan pemerkayaan pribadinya. Ringkasnya, personnya
merupakan satu sistem yang terbuka.
11. Legawa (tulus ikhlas)
Legawa artinya rela dan tulus ikhlas,
setiap saat dia bersedia untuk memberikan pengorbanan. Sifat orangnya ialah
pemurah (murah hati), karim, dan dermawan. Dia mudah merasa senang bahagia
dengan kesukaan yang kecil-kecil, dan tidak mabuk oleh kesukaan yang
besar-besar. Karena itu sifatnya prasaja/sederhana dan tulus rela. Jika terjadi
kekecewaan dan kegagalan, maka dia bisa ”mupus” atau menghibur diri, dan pasrah
menyerah dengan hati yang murni kemudia bangkit kembali, berusaha membangun dan
berkarya lagi.
Tipe-tipe Kepemimpinan
Tipe kepemimpinan akan identik dengan gaya
kepemimpinan seseorang. Tipe kepemimpinan yang secara luas dikenal dan diakui
keberadaannya adalah :
1. Tipe Otokratik
Seorang pemimpin yang
tergolong otokratik memiliki serangkaian karakteristik yang biasanya dipandang
sebagai karakteristik yang negatif. Seorang pemimpin otokratik adalah seorang
yang egois. Egoismenya akan memutarbalikkan fakta yang sebenarnya sesuai dengan
apa yang secara subjektif diinterpretasikannya sebagai kenyataan.
Dengan egoismenya,
pemimpin otokratik melihat peranannya sebagai sumber segala sesuatu dalam
kehidupan organisasional. Egonya yang besar menumbuhkan dan mengembangkan
persepsinya bahwa tujuan organisasi identik dengan tujuan pribadinya. Dengan
persepsi yang demikian, seorang pemimpin otokratik cenderung menganut nilai
organisasional yang berkisar pada pembenaran segala cara yang ditempuh untuk
pencapaian tujuannya. Berdasarkan nilai tersebut, seorang pemimpin otokratik
akan menunjukkan sikap yang menonjolkan keakuannya dalam bentuk
2. Tipe
Paternalistik
Persepsi seorang
pemimpin yang paternalistik tentang peranannya dalam kehidupan organisasi dapat
dikatakan diwarnai oleh harapan bawahan kepadanya. Harapan bawahan berwujud
keinginan agar pemimpin mampu berperan sebagai bapak yang bersifat melindungi
dan layak dijadikan sebagai tempat bertanya dan untuk memperoleh petunjuk,
memberikan perhatian terhadap kepentingan dan kesejahteraan bawahannya.
Pemimpin yang paternalistik mengharapkan agar legitimasi kepemimpinannya merupakan penerimaan atas peranannya yang dominan dalam kehidupan organisasional. Berdasarkan persepsi tersebut, pemimpin paternalistik menganut nilai organisasional yang mengutamakan kebersamaan. Nilai tersebut mengejawantah dalam sikapnya seperti kebapakan, terlalu melindungi bawahan. Gaya kepemimpinan paternalistik lebih bercorak pelindung, kebapakan dan guru.
Pemimpin yang paternalistik mengharapkan agar legitimasi kepemimpinannya merupakan penerimaan atas peranannya yang dominan dalam kehidupan organisasional. Berdasarkan persepsi tersebut, pemimpin paternalistik menganut nilai organisasional yang mengutamakan kebersamaan. Nilai tersebut mengejawantah dalam sikapnya seperti kebapakan, terlalu melindungi bawahan. Gaya kepemimpinan paternalistik lebih bercorak pelindung, kebapakan dan guru.
3. Tipe Kharismatik
Seorang pemimpin yang
kharismatik memiliki karakteristik yang khas yaitu daya tariknya yang sangat
memikat sehingga mampu memperoleh pengikut yang sangat besar dan para
pengikutnya tidak selalu dapat menjelaskan secara konkret mengapa orang
tertentu itu dikagumi. Pengikutnya tidak mempersoalkan nilai yang dianut,
sikap, dan perilaku serta gaya
4. Tipe Laissez Fair
Persepsi seorang
pemimpin yang laissez faire melihat perannya sebagai polisi lalu lintas, dengan
anggapan bahwa anggota organisasi sudah mengetahui dan cukup dewasa untuk taat
pada peraturan yang berlaku. Seorang pemimpin yang laissez faire cenderung
memilih peran yang pasifdanmembiarkanorganisasi berjalan
Nilai yang dianutnya biasanya bertolak dari filsafat hidup bahwa manusia pada dasarnya memiliki rasa solidaritas, mempunyai kesetiaan, taat pada norma.
Nilai yang tepat dalam hubungan atasan –bawahan adalah nilai yang didasarkan pada saling mempercayai yang besar. Bertitik tolak dari nilai tersebut, sikap pemimpin laissez faire biasanya permisif. Dengan sikap yang permisif, perilakunya cenderung mengarah pada tindakan yang memperlakukan bawahan sebagai akibat dari adanya struktur dan hirarki organisasi.
Nilai yang dianutnya biasanya bertolak dari filsafat hidup bahwa manusia pada dasarnya memiliki rasa solidaritas, mempunyai kesetiaan, taat pada norma.
Nilai yang tepat dalam hubungan atasan –bawahan adalah nilai yang didasarkan pada saling mempercayai yang besar. Bertitik tolak dari nilai tersebut, sikap pemimpin laissez faire biasanya permisif. Dengan sikap yang permisif, perilakunya cenderung mengarah pada tindakan yang memperlakukan bawahan sebagai akibat dari adanya struktur dan hirarki organisasi.
5. Tipe Demokratik
Ditinjau dari segi
persepsinya, seorang pemimpin yang demokratik biasanya memandang peranannya
selaku koordinator dan integrator. Karenanya, pendekatan dalam menjalankan
fungsi kepemimpinannya adalah holistik dan integralistik. Seorang pemimpin yang
demokratik menyadari bahwa organisasi harus disusun sedemikian rupa sehingga
menggambarkan secara jelas aneka tugas dan kegiatan yang harus dilaksanakan
demi tercapainya tujuan organisasi.
Seorang pemimpin yang demokratik melihat bahwa dalam perbedaan sebagai kenyataan hidup, harus terjamin kebersamaan. Nilai yang dianutnya berangkat dari filsafat hidup yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, memperlakukan manusia dengan cara yang manusiawi. Nilai tersebut tercermin dari sikapnya dalam hubungannya dengan bawahannya, misalnya dalam proses pengambilan keputusan sejauh mungkin mengajak peran serta bawahan sehingga bawahan akan memiliki rasa tanggung jawab yang besar.
Seorang pemimpin yang demokratik melihat bahwa dalam perbedaan sebagai kenyataan hidup, harus terjamin kebersamaan. Nilai yang dianutnya berangkat dari filsafat hidup yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, memperlakukan manusia dengan cara yang manusiawi. Nilai tersebut tercermin dari sikapnya dalam hubungannya dengan bawahannya, misalnya dalam proses pengambilan keputusan sejauh mungkin mengajak peran serta bawahan sehingga bawahan akan memiliki rasa tanggung jawab yang besar.
TIPE PEMIMPIN
BERDASARKAN PELAKSANAAN
Berdasarkan cara pelaksanaannya, ada empat tipe
kepemimpinan yaitu:
1. Kepemimpinan otokratis,
Tipe
kepemimpinan seperti ini menunjukan bahwa seorang pemimpin seolah-olah
memperlihatkan kekuasaanya sebagai pemimpin, sewenang-wenang.
2. Kepemimpinan pseudo-demokratis,
Pada
tipe ini seorang pemimpin seolah-olah memakai topeng. ia berpura-pura
demokratis, tetapi sesungguhnya ia bekerja dengan perhitungan, ia mengatur
siasat agar kemauannya terwujud.
3. Kepemimpinan "laissez-faire",
Tipe
ini menghendaki supaya bawahannya diberikan banyak kebebasan. Ia berpendapat
"Biarlah bawahannya bekerja sesuka hatinya, berinisiatif dan menurut
kebijaksanaannya sendiri. Memberikan kepercayaan kepada bawahan.
4. Kepemimpinan demokratis
Semua
bawahan bekerja untuk mencapai tujuan bersama. Semua putusan diambil melalui
musyawarahdan mufakat serta harus ditaati. pemimpin menghormati dan menghargai
pendapat para bawahannya.
tipe kepemimpinan ini sangat baik diterapkan dimana saja.
Bagimana menurut anda, jika anda seorang pemimpin termasuk tipe ke berapa anda?
tipe kepemimpinan ini sangat baik diterapkan dimana saja.
Bagimana menurut anda, jika anda seorang pemimpin termasuk tipe ke berapa anda?
Tipe-tipe kepemimpinan yang telah diuraikan diatas
adalah tipe-tipe yang sangat berkaitan dengan sifat dan watak pribadi seseorang
pemimpin, Tergantung pada situasi kematangan bawahan (terpimpin) yang akan
dibinanya. Inilah yang disebut kepemimpinan situasional, yang disebut dengan
situasi kematangan itu adalah kemampuan terpimpin, yang berunsur kemampuan
pengetahuan dan kemampuan ketrampilan. Disamping itu tergantung pula pada
kematangan kemauna terpimpin yang berunsur motivasi dari dalam dirinya dan
keyakinan dirinya. Selain dari pada itu sangat tergantung pula pada sifat
materi, waktu pelaksanaan dan tempat pelaksanaan itu sendiri
Kesimpulan
Kepemimpinan
merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan
mengarahkan tingkah laku bawahan atau kelompok, memiliki kemampuan atau
keahlian khusus dalam bidang yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai
tujuan organisasi atau kelompok.
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang
mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan
bersama. Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan
organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi
untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.
Seorang
pemimpin yang baik harus memiliki integritas (kepribadian), intelektual
(pengetahuan), intelegensi (spiritual), skill atau kemampuan/keahlian, memiliki
power atau dapat mempengaruhi orang lain, mau belajar, mendengar dan siap
dikritik. Apabila ketujuh isi dari esensi/hakikat kepemimpinan tersebut telah
dimiliki oleh seorang pemimpin maka pemimpin tersebut akan arif dan bijaksana.
DAFTAR PUSTAKA
2011. "Hakekat dan
Teori Kepemimpinan". (Online). (Http://duniabaca.com/hakekat
-dan-teori-kepemimpinan.html, diakses 11 November 2011).
Aynul. 2009.
"Leadership: Definisi Pemimpin". (Online).
(Http://referensi-kepemimpinan.blogspot.com/2009/03/definisi-pemimpin.html,
diakses 11 November 2011).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar