KEUTAMAAN HIJAB
Pertama, Hijab merupakan tanda
ketaatan seorang muslimah kepada Allah dan Rasul-Nya.
Allah telah mewajibkan ketaatan
kepada Allah dan Rasul-Nya berdasarkan firmanNya:
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلالا مُبِينًا
“Dan tidaklah patut bagi
laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila
Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka
pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. dan Barangsiapa mendurhakai Allah
dan Rasul-Nya Maka sungguhlah Dia telah sesat, sesat yang nyata.” (QS. Al
Ahzab: 36)
Allah juga telah memerintahkan
para wanita untuk menggunakan hijab sebagaimana firman Allah:
وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلا مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ
“Katakanlah kepada wanita yang
beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah
mereka Menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan
hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya.” (QS. An Nuur: 31)
Allah subhanahu wa ta’ala
berfirman:
وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الأولَى
“Dan hendaklah kamu tetap di
rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah.”
(QS. Al Ahzab: 33)
وَإِذَا سَأَلْتُمُوهُنَّ مَتَاعًا فَاسْأَلُوهُنَّ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ ذَلِكُمْ أَطْهَرُ لِقُلُوبِكُمْ وَقُلُوبِهِنَّ
“Apabila kamu meminta sesuatu
(keperluan) kepada mereka (istri- istri Nabi), Maka mintalah dari belakang tabir.
cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka.” (QS. Al Ahzab:
53)
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لأزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
“Hai Nabi, Katakanlah kepada
istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: “Hendaklah
mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” yang demikian itu supaya
mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah
adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Ahzab: 59)
Kedua, Hijab itu Iffah (Menjaga
diri).
Allah menjadikan kewajiban
menggunakan hijab sebagai tanda ‘Iffah (menahan diri dari maksiat). Allah
subhanahu wa ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لأزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
“Hai Nabi, Katakanlah kepada
istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: “Hendaklah
mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya
mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah
adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Ahzab: 59)
Itu karena mereka menutupi
tubuh mereka untuk menghindar dan menahan diri dari perbuatan dosa, karena
itulah Allah menjelaskan manfaat dari hijab ini, “karena itu mereka tidak
diganggu.” Ketika seorang muslimah memakai hijabnya dengan benar maka
orang-orang fasik tidak akan mengganggu mereka dan pada firman Allah “karena
itu mereka tidak diganggu” sebagai isyarat bahwa mengetahui keindahan tubuh
wanita adalah suatu bentuk gangguan berupa godaan dan timbulnya minat untuk
melakukan kejahatan bagi mereka.
Ketiga, Hijab itu kesucian.
Allah subhanahu wa ta’ala
berfirman:
وَإِذَا سَأَلْتُمُوهُنَّ مَتَاعًا فَاسْأَلُوهُنَّ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ ذَلِكُمْ أَطْهَرُ لِقُلُوبِكُمْ وَقُلُوبِهِنَّ
“Apabila kamu meminta sesuatu
(keperluan) kepada mereka (istri- istri Nabi), Maka mintalah dari belakang
tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka.” (QS. Al
Ahzab: 53)
Allah subhanahu wa ta’ala
menyifati hijab sebagai kesucian bagi hati orang-orang mukmin, laki-laki maupun
perempuan. Karena mata bila tidak melihat maka hati pun tidak akan bernafsu.
Pada keadaan ini maka hati yang tidak melihat maka akan lebih suci. Keadaan
fitnah (cobaan) bagi orang yang banyak melihat keindahan tubuh wanita lebih
jelas dan lebih nampak. Hijab merupakan pelindung yang dapat menghancurkan
keinginan orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya, Allah berfirman:
إِنِ اتَّقَيْتُنَّ فَلا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلا مَعْرُوفًا
“Jika kalian adalah wanita yang
bertakwa maka janganlah kalian tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah
orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah Perkataan yang baik.” (QS.
Al Ahzab: 32)
Keempat, Hijab adalah
pelindung.
Allah subhanahu wa ta’ala
berfirman:
“Hai Nabi, Katakanlah kepada
istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: “Hendaklah
mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” yang demikian itu supaya
mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah
adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Ahzab: 59)
Kelima, Hijab itu adalah
ketakwaan.
يَا بَنِي آدَمَ قَدْ أَنْزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُوَارِي سَوْآتِكُمْ وَرِيشًا وَلِبَاسُ التَّقْوَى ذَلِكَ خَيْرٌ ذَلِكَ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ
“Hai anak Adam, Sesungguhnya
Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah
untuk perhiasan. dan pakaian takwa Itulah yang paling baik. yang demikian itu
adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, Mudah-mudahan mereka selalu
ingat.” (QS. Al-A’raf: 26)
Keenam, Hijab menunjukkan
keimanan.
Allah subhanahu wa ta’ala
tidaklah berfirman tentang hijab kecuali bagi wanita-wanita yang beriman,
sebagaimana firmannya, “Dan katakanlah kepada wanita-wanita beriman.” (QS.
An-Nuur: 31), juga firman-Nya: “Dan istri-istri orang beriman.” (QS. Al-Ahzab:
59)
Dalam ayat-ayat di atas Allah
menghimbau kepada wanita beriman untuk memakai hijab yang menutupi tubuhnya.
Ketika seorang wanita yang benar imannya mendengar ayat ini maka tentu ia akan
melaksanakan perintah Tuhannya dengan senang hati. Maka bagaimanakah iman
seorang wanita yang mengetahui ada perintah dari Rabbnya kemudian ia tidak
melaksanakannya, bahkan ia melanggarnya dengan terang-terangan di hadapan umum
!!! (contohnya mengumbar aurat di muka umum).
Ketujuh, Hijab adalah rasa
malu.
Rasulullah bersabda:
إِنَّ مِمَّا أَدْرَكَ النَّاسُ مِنْ كَلاَمِ النُّبُوَّةِ الْأُوْلىَ : إِذَا لَمْ تَسْتَحِ فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ
“Sesungguhnya yang didapatkan
manusia pada ucapan nubuwwah yang pertama kali: Jika kalian tidak malu maka
lakukanlah perbuatan sesuka kalian.” (HR. Bukhari)
Wanita yang mengumbar auratnya
tidak disangsikan lagi bahwa tidak ada rasa malu darinya, ia mengumbar auratnya
di mana-mana tanpa ada perasaan risih darinya, ia menampilkan perhiasan yang
tidak selayaknya dibuka, ia memamerkan barang berharganya yang pantasnya hanya
layak untuk ia berikan kepada suaminya, ia membuka sesuatu yang Allah
perintahkan untuk menutupnya!
Kedelapan, Hijab adalah ghirah
(rasa cemburu).
Hijab berbanding dengan
perasaan cemburu yang menghinggapi seorang wanita sempurna yang tidak senang
dengan pandangan-pandangan khianat yang tertuju pada istri dan anak wanitanya.
Betapa banyak pertikaian yang terjadi karena wanita, betapa banyak tindakan
buruk yang terjadi kepada wanita serta betapa banyak seorang lelaki gagah yang
menjadi rusak karena wanita. Wahai para wanita jagalah aurat kalian supaya
kalian menjadi wanita-wanita yang terhormat! Wahai para lelaki perintahkanlah
kepada keluargamu untuk menutup auratnya dan cemburulah kepada orang-orang
dekatmu yang membuka auratnya di hadapan orang lain karena tidak ada kebaikan
bagi seseorang yang tidak mempunyai perasaan cemburu!.
HIKMAH DARI FIRMAN ALLAH:
الزَّانِيَةُ وَالزَّانِي فَاجْلِدُوا كُلَّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا مِائَةَ جَلْدَةٍ
“Perempuan yang berzina dan
laki-laki yang berzina, Maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus
dali dera.” (QS. An Nuur: 2)
Dalam ayat ini Allah
menyebutkan seorang pezina perempuan terlebih dahulu daripada pezina laki-laki,
karena dalam perzinaan seorang wanitalah yang menentukan akan terjadi atau
tidaknya perzinaan, ketika seorang wanita membuka hijabnya dan membuka dirinya
untuk berdua-duaan dengan seorang pria maka wanita ini telah membuka pintu selebar-lebarnya
untuk terjadinya perzinaan! Wallahul musta’an.
Cara Bergaul yang Baik
1. Menghargai Orang lain
Kita sebagai Manusia Yang hidup saling membutuhkan harus bisa menghargai segala bentuk apapun yang ada pada orang lain. Baik itu masalah pendapat, keahlian, maupun sifat dan pribadi dirinya. Jangan sampai keluar kata-kata yang bisa menyinggung orang lain Kalo kamu mau dihargai oleh orang lain.
1. Menghargai Orang lain
Kita sebagai Manusia Yang hidup saling membutuhkan harus bisa menghargai segala bentuk apapun yang ada pada orang lain. Baik itu masalah pendapat, keahlian, maupun sifat dan pribadi dirinya. Jangan sampai keluar kata-kata yang bisa menyinggung orang lain Kalo kamu mau dihargai oleh orang lain.
2. Bercanda
Memang benar bercanda adalah sesuatu yang asyik pada diri Manusia, Tapi jangan sampai kita Over Low dalam bercanda sama orang lain dan kita harus melihat situasi orang yang mau kita ajak bercanda apakah memungkinkan apa nggak untuk di ajak bercanda.
Kalo pun dia sedang dihadapi dengan kesulitan yang sangat berat kita harus bisa membuat dia tertawa, tersenyum dan merasa nyaman bila berada di samping kita meskipun dalam keadaan yang segmenting mungkin.
Memang benar bercanda adalah sesuatu yang asyik pada diri Manusia, Tapi jangan sampai kita Over Low dalam bercanda sama orang lain dan kita harus melihat situasi orang yang mau kita ajak bercanda apakah memungkinkan apa nggak untuk di ajak bercanda.
Kalo pun dia sedang dihadapi dengan kesulitan yang sangat berat kita harus bisa membuat dia tertawa, tersenyum dan merasa nyaman bila berada di samping kita meskipun dalam keadaan yang segmenting mungkin.
3. Menjadi Orang Yang di
Percaya
Kalo kita di Percaya oleh Teman/Orang lain, itu bukanlah sesuatu Yang Baik buat kita, emang sih… dipercaya oleh teman bisa membuat kita senang, senang karena dipercaya oleh orang lain. Tapi yang membuat kita rada susah yaitu apakah kita bisa menjaga kepercayaan yang di berikan oleh orang lain kepada kita?? Jadi, agar kita bisa memelihara kepercayaan itu salah satu caranya ialah Jangan biasakan menjadi mulut Ember, dan berpikir rahasia orang lain adalah rahasia kita juga.
Kalo kita di Percaya oleh Teman/Orang lain, itu bukanlah sesuatu Yang Baik buat kita, emang sih… dipercaya oleh teman bisa membuat kita senang, senang karena dipercaya oleh orang lain. Tapi yang membuat kita rada susah yaitu apakah kita bisa menjaga kepercayaan yang di berikan oleh orang lain kepada kita?? Jadi, agar kita bisa memelihara kepercayaan itu salah satu caranya ialah Jangan biasakan menjadi mulut Ember, dan berpikir rahasia orang lain adalah rahasia kita juga.
4. Menjadi Teman Yang bisa
diandalkan
Nah ini dia.. apakah kita sudah bisa menjadi teman Yang Baik?
Apakah kita sudah pantas di sebut sebagai seorang teman yang bisa diandalkan? Bisa diandalkan oleh oranglain bila mereka mendapatkan hal yang sangat sulit.
Nah ini dia.. apakah kita sudah bisa menjadi teman Yang Baik?
Apakah kita sudah pantas di sebut sebagai seorang teman yang bisa diandalkan? Bisa diandalkan oleh oranglain bila mereka mendapatkan hal yang sangat sulit.
Untuk menjadi teman yang bisa
diandalkan memang susah susah Gampang. Cara Gampangnya ialah.. cukuplah
memenuhi criteria yang telah disebutkan diatas, yaitu : Kita bisa menghargai
Orang Lain, bisa membuat Teman tersenyum dalam keadaan apapun mekipun dalam
keadaan yang sangat genting, Menjaga kepercayaan yang diberikan oleh
Teman/Orang.
Cara Bergaul Menurut Islam
“ Hai manusia, sesungguhnya
Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan
menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi
Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al Hujurat :13)
Pergaulan adalah satu cara
seseorang untuk bersosialisasi dengan lingkungannya. Bergaul dengan orang lain
menjadi satu kebutuhan yang sangat mendasar, bahkan bisa dikatakan wajib bagi
setiap manusia yang “masih hidup” di dunia ini. Sungguh menjadi sesuatu yang
aneh atau bahkan sangat langka, jika ada orang yang mampu hidup sendiri. Karena
memang begitulah fitrah manusia. Manusia membutuhkan kehadiran orang lain dalam
kehidupannya.
Tidak ada mahluk yang sama
seratus persen di dunia ini. Semuanya diciptakan Allah berbeda-beda. Meski ada
persamaan, tapi tetap semuanya berbeda. Begitu halnya dengan manusia. Lima
milyar lebih manusia di dunia ini memiliki ciri, sifat, karakter, dan bentuk
khas. Karena perbedaan itulah, maka sangat wajar ketika nantinya dalam bergaul
sesama manusia akan terjadi banyak perbedaan sifat, karakter, maupun tingkah
laku. Allah mencipatakan kita dengan segala perbedaannya sebagai wujud
keagungan dan kekuasaan-Nya.
Maka dari itu, janganlah
perbedaan menjadi penghalang kita untuk bergaul atau bersosialisasi dengan
lingkungan sekitar kita. Anggaplah itu merupakan hal yang wajar, sehingga kita
dapat menyikapi perbedaan tersebut dengan sikap yang wajar dan adil. Karena
bisa jadi sesuatu yang tadinya kecil, tetapi karena salah menyikapi, akan
menjadi hal yang besar. Itulah perbedaan. Tak ada yang dapat membedakan kita
dengan orang lain, kecuali karena ketakwaannya kepada Allah SWT (QS. Al_Hujurat
:13)
Perbedaan bangsa, suku, bahasa,
adat, dan kebiasaan menjadi satu paket ketika Allah menciptakan manusia,
sehingga manusia dapat saling mengenal satu sama lainnya. Sekali lagi . tak ada
yang dapat membedakan kecuali ketakwaannya.
Untuk itu, ada beberapa hal
yang perlu kita tumbuh kembangkan agar pergaulan kita dengan sesama muslim
menjadi sesuatu yang indah sehingga mewujudkan ukhuwah islamiyah. Tiga kunci
utama untuk mewujudkannya yaitu ta’aruf, tafahum, dan ta’awun. Inilah tiga
kunci utama yang harus kita lakukan dalam pergaulan.
Ta’aruf. Apa jadinya ketika
seseorang tidak mengenal orang lain? Mungkinkah mereka akan saling menyapa?
Mungkinkah mereka akan saling menolong, membantu, atau memperhatikan? Atau
mungkinkah ukhuwah islamiyah akan dapat terwujud?
Begitulah, ternyata ta’aruf atau saling mengenal menjadi suatu yang wajib ketika kita akan melangkah keluar untuk bersosialisasi dengan orang lain. Dengan ta’aruf kita dapat membedakan sifat, kesukuan, agama, kegemaran, karakter, dan semua ciri khas pada diri seseorang.
Begitulah, ternyata ta’aruf atau saling mengenal menjadi suatu yang wajib ketika kita akan melangkah keluar untuk bersosialisasi dengan orang lain. Dengan ta’aruf kita dapat membedakan sifat, kesukuan, agama, kegemaran, karakter, dan semua ciri khas pada diri seseorang.
Tafahum. Memahami, merupakan
langkah kedua yang harus kita lakukan ketika kita bergaul dengan orang lain.
Setelah kita mengenal seseorang pastikan kita tahu juga semua yang ia sukai dan
yang ia benci. Inilah bagian terpenting dalam pergaulan. Dengan memahami kita
dapat memilah dan memilih siapa yang harus menjadi teman bergaul kita dan siapa
yang harus kita jauhi, karena mungkin sifatnya jahat. Sebab, agama kita akan
sangat ditentukan oleh agama teman dekat kita. Masih ingat ,”Bergaul dengan
orang shalih ibarat bergaul dengan penjual minyak wangi, yang selalu memberi
aroma yang harum setiap kita bersama dengannya. Sedang bergaul dengan yang
jahat ibarat bergaul dengan tukang pandai besi yang akan memberikan bau asap
besi ketika kita bersamanya.”
Tak dapat dipungkiri, ketika kita bergaul bersama dengan orang-orang shalih akan banyak sedikit membawa kita menuju kepada kesalihan. Dan begitu juga sebaliknya, ketika kita bergaul dengan orang yang akhlaknya buruk, pasti akan membawa kepada keburukan perilaku ( akhlakul majmumah ).
Tak dapat dipungkiri, ketika kita bergaul bersama dengan orang-orang shalih akan banyak sedikit membawa kita menuju kepada kesalihan. Dan begitu juga sebaliknya, ketika kita bergaul dengan orang yang akhlaknya buruk, pasti akan membawa kepada keburukan perilaku ( akhlakul majmumah ).
Ta’awun. Setelah mengenal dan
memahami, rasanya ada yang kurang jika belum tumbuh sikap ta’awun (saling
menolong). Karena inilah sesungguhnya yang akan menumbuhkan rasa cinta pada
diri seseorang kepada kita. Bahkan Islam sangat menganjurkan kepada ummatnya
untuk saling menolong dalam kebaikan dan takwa. Rasullulloh SAW telah
mengatakan bahwa bukan termasuk umatnya orang yang tidak peduli dengan urusan
umat Islam yang lain.
Ta’aruf, tafahum , dan ta’awun
telah menjadi bagian penting yang harus kita lakukan. Tapi, semua itu tidak
akan ada artinya jika dasarnya bukan ikhlas karena Allah. Ikhlas harus menjadi
sesuatu yang utama, termasuk ketika kita mengenal, memahami, dan saling
menolong. Selain itu, tumbuhkan rasa cinta dan benci karena Allah. Karena cinta
dan benci karena Allah akan mendatangkan keridhaan Allah dan seluruh
makhluknya. Wallahu a’lam bishshawab.
sunah-sunnah Rasulullah SAW
Sunnah ke satu : Witir, Shalat Dhuha dan Puasa Tiga Hari Setiap Bulan
Banyak umat Islam melupakan tiga ibadah sunnah diatas. Padahal Insya Allah, orang yang menjaga ketiga-tiganya termasuk golongan orang-orang saleh. Abu Hurairah berkata : “Kekasihku (Muhammad Shallallahu Alaihi Wassalam) mewasiatkan tiga hal kepadaku, aku tidak pernah meninggalkannya sampai mati; puasa tiga hari pada setiap bulan, shalat dhuha dan shalat witir sebelum tidur.” (HR. Al-Bukhari)
Asy-Syaukani berkata : “Ar Ruhyani berkata, puasa tiga hari pada tiap bulan adalah sunnah, dan jika bertepatan dengan Ayyumul Bidh (hari2 bulan purnama yakni tanggal 13, 14 dan 15 setiap bulan Hijriah) maka itu lebih disukai.”
Sunnah ke satu : Witir, Shalat Dhuha dan Puasa Tiga Hari Setiap Bulan
Banyak umat Islam melupakan tiga ibadah sunnah diatas. Padahal Insya Allah, orang yang menjaga ketiga-tiganya termasuk golongan orang-orang saleh. Abu Hurairah berkata : “Kekasihku (Muhammad Shallallahu Alaihi Wassalam) mewasiatkan tiga hal kepadaku, aku tidak pernah meninggalkannya sampai mati; puasa tiga hari pada setiap bulan, shalat dhuha dan shalat witir sebelum tidur.” (HR. Al-Bukhari)
Asy-Syaukani berkata : “Ar Ruhyani berkata, puasa tiga hari pada tiap bulan adalah sunnah, dan jika bertepatan dengan Ayyumul Bidh (hari2 bulan purnama yakni tanggal 13, 14 dan 15 setiap bulan Hijriah) maka itu lebih disukai.”
Sunnah Kedua : Shalat ketika
Pulang dari Perjalanan
Ka’b bin Malik meriwayatkan :
“Apabila Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wassalam datang dari perjalanan,
beliau memulai (singgah) di masjid kemudian mendirikan shalat di dalamnya.”
(HR. Al-Bukhori).
Sunnah Ketiga : Berkumur ketika Minum Susu
Sunnah Ketiga : Berkumur ketika Minum Susu
Ubaidillah bin Abdillah bin
Utbah meriwayatkan dari Ibnu Abbas : “Bahwasanya Rasulullah SAW minum susu
kemudian berkumur (dengannya), lalu beliau berkata, “Sesungguhnya susu tu
mengandung lemak…”. (HR. Al-Bukhori).
Sunnah Kelima : Berdoa Ketika
memakai Baju Baru
“Ya Allah, bagiMu segala puji,
Engkau memberiku pakaian. Aku mohon padamu kebaikannya dan kebaikan apa yang
dibuat untuknya. Dan aku berlindung kepadaMu dari keburukannya dan keburukan
yang dibuat untuknya.” (HR Abu Daud Nasa’i dan Turmudzi serta dishahihkannya).
Sunnah Keempat : Makan sebelum
keluar Shalat ‘Ied
Anas berkata : “Tidaklah Rasul
SAW berangkat (Shalat) pada hari Raya Fithrah kecuali beliau makan beberapa
kurma.” (HR. Al-Bukhori).
Sunnah Keenam : Meletakkan
(menutupkan) kedua telapak tangan di mulut ketika menguap
Sunnah Ketujuh : Menangis
ketika membaca Al-Qur’an
Imam Ghazali berkata :
“Disunahkan menangis ketika membaca Al-Qur’an. Caranya yaitu dengan
menghadirkan kesedihan dan ketakutan dalam hati dengan merenungkan ancaman yang
keras serta berbagai perjanjian berat, lalu hendaknya ia melihat betapa sangat
lengahnya ia dalam masalah tersebut. Jika tetap saja tidak ada kesedihan hatinya,
ketahuilah ini adalah salah satu musibah terbesar baginya.”
Sunnah Kedelapan : Memakai Alas
Kaki dengan mendahulukan yang kanan dan melepasnya dengan mendahulukan yang
kiri
Sunnah Kesembilan : Membunuh
Tokek
Sunnah Kesepuluh : Mengibasi
(Jawa:ngebuti) kasir atau tikar ketika hendak tidur
Sunnah Kesebelas : Melakukan
Tahnik (Memamahkan kurma dan sejenisnya yang sudah dilembutkan ke dalam rongga
mulut) bayi yang baru lahir.
Sunnah Kedua belas : Shalat
Isthikarah
Sunnah Ketiga Belas : Minum
Sambil Duduk
Sunnah Keempat Belas : Bernafas
tiga kali ketika minum
Anas bin Malik ra. meriwayatkan
: “Rasulullah SAW bernafas tiga kali ketika minum. Lalu beliau bersabda :
“Sesungguhnya yang demikian itu lebih menyenangkan, lebih baik, lebih
bermanfaat dan lebih menyehatkan.” (HR.Muslim)
Adapun caranya, kita minum lalu
melepaskan gelas dari mulut untuk menghela nafas sebentar, lalu minum lagi dan
demikian dilakukan sebanyak tiga kali. Demikian seperti dijelaskan Ibnu Qayyim
berdasarkan hadits shahih riwayat Ibnu Majah.
Sunnah Kelima Belas : Ziarah
Kubur untuk mendapatkan Pelajaran
Rasulullah SAW bersabda : “Dulu
aku melarang kalian berziarah kubur, (sekarang) ziarahlah, karena sesungguhnya
kubur itu mengingatkan kalian kepada Akherat.” (HR.Muslim)
Sunnah Keenam Belas :
Mengucapkan salam kepada orang yang dikenal dan tidak dikenal
Sunnah Ketujuh Belas : Berdiam
di masjid untuk shalat dan dzikir