Selasa, 20 Maret 2012

Sejarah timbulnya berbagai macam kebudayaan daerah


NAMA            : FITRIA SUMAWARDANI

KELAS            : 1KA16
NPM              : 12111935

 


Sejarah timbulnya berbagai macam kebudayaan daerah


Budaya timbul dari turun temurun kebiasaan dan pola pikir nenek moyang kita yang di ajarkan baik melalui perbuatan, lisan dan mitos-mitos yang berkembang di Zaman tersebut.  Indonesia adalah Negara yang begitu luas dan memiliki ciri khas memiliki banyak pulau-pulau yang terpisah oleh lautan dan selat, memiliki sejarah perkembangan budaya yang tidak sama dan membuat kebudayaan itu menjadi semakin beragam. Daerah yang berada dalam satu wilayah pun kadang mengalami perbedaan perkembangan kebudayaan. Hal ini karena adanya perbedaan intensitas budaya asing yang masuk ke masing-masing daerah. Pada zaman dulu banyak para pedagang asing yang singah di negara indonesia, mereka akan membawa budayanya mereka kepada masyarakat indonesia yang menjadi berkembang dan tertanam sejak jaman itu dan perbedaan periode (lama waktu) intervensi budaya luar terhadap budaya lokal daerah. Para pedagang asing itu pasti memiliki periode waktunya untuk mendatangi pulau indonesia. Bahkan untuk negara-negara yang jauh dari kawasan Indonesia harus menempuh jalur yang sangat jauh. Hal ini juga mempengaruhi terjadinya perbedaan waktu tentang masuknya budaya. Dan ada juga hal dimana pedagang asing hanya berlabuh singkat di indonesia,maka budaya yang akan di serap juga berbeda.

faktor –faktor utama tersebut berperan dalam membentuk budaya Indonesia saat ini yang begitu beragam. Dalam perkembangannya,Unsur religi melatar belakangi perkembangan budaya. Unsur tersebut melahirkan pandangan hidup dan Pola pikir. Religi selalu hadir dalam bentuk apa pun di setiap kebudayaan etnik di dunia. Tak terkecuali etnik di Nusantara. Bentuk Religi dalam wujudnya yang paling pertama adalah menghormati kekuatan yang mengisi ruang alam. Kekuatan tersebut mencakup kekuatan negatif maupun positif. Tak bisa disangkal bahwa kedua kekuatan tersebut hadir dalam kehidupan manusia. Kekuatan tidak berbentuk dan dapat menghuni berbagai ruang seperti bebatuan, sungai, pepohonan atau lembah.

Saat peradaban mulai berkembang, religi menyesuaikan bentuknya dengan pemikiran manusia. Ketua kelompok dipilih oleh anggotanya berdasarkan konsep Primus Interpares (yaitu orang yang paling unggul di antara para unggulan). Selama menjadi pemimpin, ketua kelompok diharuskan sanggup menyelenggarakan pesta jasa (fiest of merit) pada seluruh anggotanya. Pesta tersebut bisa berupa pendirian monumen untuk mengenangnya. Monumen tersebut biasanya berbentuk punden berundak, dengan menhir yang menjulang tegak di atasnya. Jika meninggal, roh ketua kelompok akan mendiami puncak-puncak gunung bersama roh leluhur. Roh ketua kelompok dapat dipanggil sewaktu-waktu rakyatnya memerlukan pertolongan dengan memasuki menhir yang menjadi simbolitas. Dengan demikian lahirlah Religi Pemujaan terhadap Arwah Leluhur (ancestor worship) di Nusantara.

Demikianlah ketika agama besar dunia hadir ke kehidupan penduduk di kepulauan Nusantara pada awal tarikh Masehi. Dalam bidang religi, nenek moyang kita sudah mempunyai dasar yang baik, yaitu sudah bisa mengidentifikasikan kekuatan supranatural. Mereka sudah mampu mengatur warganya sesuai dengan pandangan hidup terhadap kekuatan supranatural. Mereka juga mampu menciptakan kesenian yang didedikasikan untuk kekuatan supranatural, dan masih banyak lagi bentuk apresiasi lainnya untuk alam supranatural. Agama Hindu dan Buddha yang diterima secara luas di Jawa, Sumatera, Bali, dan sedikit di Kalimantan sebenarnya merupakan pembungkus dari ritual pemujaan terhadap arwah leluhur. Agama Islam, Kristen, Katholik yang datang menyusul mendapatkan sambutan yang baik dan berkembang dengan subur di beberapa wilayah berbeda Nusantara. Perbedaan pendalaman agama-agama besar itu terjadi karena akulturasi dengan lapisan kebudayaan yang sudah mengendap sebelumnya. Hingga dewasa ini kehidupan religi di Indonesia berjalan dengan baik, rasa toleransi, dan melanjutkan tradisi tetap hidup, di antara etnik-etnik besar atau pun kecil.

Budaya Indonesia mulai berkembang sejak Zaman:

a.         Zaman Batu Tua (Paleolitikum)

Periode zaman ini adalah antara tahun 50.000 SM - 10.000 SM. Pada zaman ini, manusia hidup secara nomaden dalam kumpulan kecil untuk mencari makanan. Mereka memburu binatang, menangkap ikan dan mengambil hasil hutan sebagai makanan. Mereka belum bisa bercocok tanam. Mereka menggunakan batu, kayu dan tulang binatang untuk membuat peralatan memburu. Mereka membuat pakaian dari kulit binatang tangkapan mereka. Selain itu, mereka telah pandai menggunakan api untuk memasak, memanaskan badan dan mengusir binatang.

b.         Zaman Batu Pertengahan (Mesolitikum)

Ketika masa mesolitikum, penduduk Indonesia sudah mulai hidup dengan cara menetap dan sudah mulai bercocok tanam secara sederhana untuk memenuhi kebutuhan makanan mereka, disamping berburu hewan dan menangkap ikan. Tempat tinggal yang mereka pilih umumnya berlokasi di tepi pantai (kjokkenmoddinger) dan goa-goa (abris sous roche).

                           Kjokkenmoddinger adalah sampah dapur yang berisi siput, kerang dan barang-barang hasil kebudayaan seperti kapak genggam, ditemukan di sepanjang pantai timur Pulau Sumatera.
     Abris sous roche adalah goa menyerupai ceruk batu karang yang digunakan manusia sebagai tempat tinggal. Ditemukan didaerah Madiun, Besuki, Timor dan Rote.

c.            Zaman Batu Muda (Neolitikum)

Zaman batu muda (Neolitikum) benar-benar membawa revolusi dalam kehidupan manusia. Pada zaman ini, mereka telah hidup menetap, membuat rumah, membentuk kelompok masyarakat desa, bertani dan berternak untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sejalan dengan itu revolusi alat-alat penunjang kehidupanpun terjadi.

Setelah masa Neolitikum, kemudian kebudayaan Indonesia berlanjut kemasa zaman logam. Hal ini ditandai dengan dikenalnya tekhnik untuk mengecor / mencairkan logam dari biji besi, dan menuangkan kedalam cetakan-cetakan serta mendinginkannya. Oleh karena itulah mereka mampu membuat aneka ragam senjata berburu dan berperang serta alat-alat lain yang mereka perlukan.

Pada masa kekuasaan Hindu-Buddha, masyarakat bisa mengangkat negeri ini hingga mencapai kejayaan. Masyarakat saat ini masih merasa ikut memiliki peninggalan peradaban tersebut, misalnya peninggalan kerajaan Sriwijaya atau Mataram Kuno. Peninggalan tersebut rupanya bisa dimanfaatkan menjadi sumber penghidupan masyarakat saat ini. Wisatawan berdatangan untuk melihat peninggalan sejarah yang dijadikan sebagai objek wisata, mengagumi kejayaan masa lalu. Hal itu membuktikan bahwa sistem sosial masyarakat di masa lalu tidaklah buruk, bahkan mereka mampu membangun karya monumental yang membanggakan.

Masa kejayaan Islam merupakan kebanggaan bagi sebagian masyarakat. Hal itu ditimbulkan dari anggapan bahwa keberhasilan penyebar agama Islam mampu menanamkan kekuasaan di Nusantara. Masyarakat yang tadinya tidak beragama / kafir, bisa diubah menjadi masyarakat yang bermartabat dan agamis. Agama Islam menjadi rujukan pembuatan tata nilai atau seluruh tindakan sosial di Nusantara.

Beberapa kesultanan didirikan oleh bangsa Arab atau setidaknya mengadopsi nama-nama Arab yang menandakan mereka adalah Islam. Istilah “sulthan” menjadi sebutan bagi penguasa di berbagai kerajaan kecil yang mampu bertahan. Pertikaian antarkelompok mewarnai kerajaan-kerajaan Islam. Di Aceh, pengikut Hamzah Fansyuri diburu dan seluruh buku karangan Hamzah Fansyuri pun dibakar. Pengikut Ar Raniri, orang Arab dari Kerala, membantu mempertahankan kelangsungan Islam di Aceh.

Penyebar Islam di Jawa kebanyakan merujuk pada satu dewan wali yang dikenal dengan Walisongo. Beberapa anggotanya seperti Sunan Kalijogo, Sunan Kudus, Sunan Bonang, Sunan Giri, Sunan Gunung Jati, kyai Pandan Aran masih menjadi tokoh yang sangat dikagumi hingga masa kini. Di Sulawesi ada kesan khusus pada satu tokoh Islam karena dianggap sebagai simbol perlawanan pada kaum kafir, orang Belanda, yaitu Syeh Yusuf yang diasingkan ke Afrika Selatan.

Masyarakat Islam Indonesia pada masa kini belum berhasil menghasilkan sesuatu yang bermakna. Mungkin satu-satunya peninggalan kerajaan Islam yang tersisa adalah “Serat Centhini di Jawa”, yang berupa sebuah ensiklopedi yang cukup tebal. Serat itu mungkin hanya tertandingi oleh “La Galigo” dari Sulawesi Selatan yang mungkin dibuat pada masa Kerajaan Sawungaling. Masyarakat saat ini tidak mampu bersatu untuk menciptakan karya-karya monumental seperti masa dahulu.

Masa pendudukan Belanda di Indonesia merupakan masa-masa paling gelap.Bangsa Indonesia sama sekali tidak memiliki kesempatan untuk berkembang sebagai suatu bangsa yang mandiri. Kita hanya bisa mengagumi bagaimana bangsa Jepang mampu bertahan dan melakukan restorasi Meiji yang terkenal sehingga menyejajarkan kedudukan Jepang dengan bangsa-bangsa Barat.

Selanjutnya, orang-orang yang digolongkan ke kelompok ‘abangan’ ini mampu melahirkan ide-ide cemerlang untuk bangsa. Kita semua mengenal nama-nama seperti Tan Malaka, Douwes Dekker, atau bahkan Bung Karno. Tokoh-tokoh tersebut telah merintis jalur ke arah kemerdekaan dan memungkinkan pembebasan bangsa ini dari segala bentuk penjajahan baik fisik, ekonomi, dan mental spiritual.

Sejak 1945, setelah Jepang menyerah pada sekutu, bangsa Indonesia merasa bebas dan bersatu mendirikan negara Indonesia. Undang-undang Dasar 1945 dan Pancasila menjadi landasan falsafah bangsa. Sebagai landasan idiologi yang mengambarkan ciri khas negara indonesia tidak di miliki negara lain


REFERENSI
Dewantara, Ki Hajar. 1994. ”Kebudayaan”. Penerbit Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa; Yogyakarta.

Kebudayaan Daerah Merupakan Sumber Kebudayaan Nasional



 NAMA     : FITRIA SUMAWARDANI
KELAS     :  1KA16
NPM         : 12111935
TUGAS ILMU BUDAYA DASAR


Kebudayaan Daerah Merupakan Sumber Kebudayaan Nasional

Budaya bangsa terbentuk dari unsur – unsur masyarakat yang terdiri dari berbagai macam jenisnya. Baik dari musik, tarian, lukisan, pakaian, norma dan masih banyak lagi. Walaupun pada dasarnya budaya – budaya yang ada di Indonesia adalah adaptasi dari budaya – budaya Negara asing yang pernah singgah di Indonesia (seperti Arab, hindu, tionghoa dan lain - lainnya). Tetapi budaya – budaya daerah yang ada di Indonesia murni milik Indonesia yang wajib kita lindungi. Karena pada dasarnya dengan adanya kebudayaan – kebudayaan daerah yang bermacam – macam itu maka terbentuk lah budaya nasional. Bisa di bilang budaya nasional terbentuk karena adanya budaya – budaya daerah.

          Namun karena munculnya era globalisasi, dan datangnya kebudayaan – kebudayaan luar dari berbagai macam penjuru dengan bentuk – bentuk yang unik dan telah di transformasikan menjadi modern. Sehingga membuat banyak pemuda – pemuda penerus bangsa yang lebih menyukai segala hal yang bersifat modern ataupun budaya – budaya luar yang bersifat modern.

          Hal ini menjadikan budaya – budaya daerah banyak yang mulai menghilang bahkan memudar. Banyak nya budaya – budaya luar yang masuk  maupun perkembangan teknologi yang semakin maju tentu penyebab terbesar budaya – budaya daerah mulai di lupakan selain karena ketidak tertarikan anak muda Indonesia terhadap budaya – budaya tersebut. Ini merupakan suatu masalah juga merupakan tantangan terhadap penerus – penerus bangsa agar bisa mempertahankan kebudayaan – budaya daerah sebelum kebudayaan tersebut mulai di curi oleh Negara – Negara yang tidak bertanggung jawab.

          Sudah menjadi kewajiban kita sebagai anak muda penerus bangsa untuk membantu mempertahankan keberadaan budaya daerah yang merupakan simbol utama kebudayaan nasional. Kekhawatiran sudah mulai muncul dari berbagai pihak yang takut akan hilangnya kebudayaan daerah. Karena anak – anak muda pun sekarang lebih sering menggunakan bahasa inggris yang di anggap lebih modern atau lebih gaul di bandingkan bahasa Indonesia. Perkembangan IPTEK pun membuat orang – orang lebih memilih modernisasi di bandingkan dengan kebudayaan yang di anggap kuno. Masa depan (modernisasi)memang baik, tapi yang terbaik ialah jika kita dapat menggandeng keduanya, baik masa depan maupun masa lalu untuk menghadapi era global seperti ini.

Analisis SWOT

Analisa SWOT (Streangth, Weakness, Oppurtunity, Threats ) adalah sebuah bentuk analisa situasi dan kondisi yang bersifat deskriptif (memberi gambaran). Analisa ini menempatkan situasi dan kondisi sebagai sebagai faktor masukan, yang kemudian dikelompokkan menurut kontribusinya masing-masing. Satu hal yang harus diingat baik-baik oleh para pengguna analisa SWOT, bahwa analisa SWOT adalah semata-mata sebuah alat analisa yang ditujukan untuk menggambarkan situasi yang sedang dihadapi atau yang mungkin akan dihadapi oleh organisasi, dan bukan sebuah alat Analisa yang mampu memberikan jawaban dari segala permasalahan yang terjadi.

Analisa ini terbagi atas empat komponen dasar yaitu :

1. S = Strength (kekuatan), adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan dari organisasi atau program pada saat ini.

2. W = Weakness (kelemahan),adalah situasi atau kondisi yang merupakan kelemahan dari organisasi atau program pada saat ini.

3. O = Opportunity (kesempatan), adalah situasi atau kondisi yang merupakan peluang di luar organisasi dan memberikan peluang berkembang bagi organisasi di masa depan.

4. T =Threat (ancaman), adalah situasi yang merupakan ancaman bagi organisasi yang datang dari luar organisasi dan dapat mengancam eksistensi organisasi di masa depan

 2.1. Kekuatan (Strength)


a.       
Keanekaragaman budaya local yang ada di Indonesia. Begitu kaya dan beragamnya kebudayaan yang dimiliki tiap-tiap daerah merupakan sumber kekuatan bagi bangsa ini menjadi bangsa yang besar di kemudian hari. Kekuatan dan keunggulan budaya bangsa sejatinya manifestasi dari tumbuh suburnya budaya-budaya lokal yang terus dipupuk dengan baik.

b.      Kepercayaan orang – orang di daerah yang masih di anggap mistik di anggap sesuatu yang unik dan menjadi nilai lebih di pandang dari sudut orang luar negri.

c.       
Begitu kaya dan beragamnya kebudayaan yang dimiliki tiap-tiap daerah merupakan sumber kekuatan bagi bangsa ini menjadi bangsa yang besar di kemudian hari. Kekuatan dan keunggulan budaya bangsa sejatinya manifestasi dari tumbuh suburnya budaya-budaya lokal yang terus dipupuk dengan baik

d.      Kekhasan budaya lokal yang dimiliki setiap daerah di Indonesia memliki kekuatan tersediri. Misalnya rumah adat, pakaian adat, tarian, alat musik, ataupun adat istiadat yang dianut. Kekhasan budaya lokal ini sering kali menarik pandangan negara lain. Terbukti banyaknya turis asing yang mencoba mempelajari budaya Indonesia seperti belajar tarian khas suat daerah atau mencari barang-barang kerajinan untuk dijadikan buah tangan. Ini membuktikan bahwa budaya bangsa Indonesia memiliki ciri khas yang unik.

e.       Kebudayaan daerah menjadi sumber ketahanan budaya bangsa. Kebudayaan daerah adalah tiang dari keberadaan budaya nasional. Kesatuan budaya – budaya daerah adalah identitas keberadaan kita sebagai bangsa Indonesia. Jika kebudayaan daerah ini kita jaga juga lestarikan, akan menjadi kekuatan tersendiri yang membuat semakin kokohnya keberadaan Indonesia.



2.2. Kelemahan (Weakness)


a.       Kurangnya kesadaran dan minimnya pengetahuan yang di miliki masyarakat tentang kebudayaan mereka sendiri dan pentingnya kebudayaan daerah mereka membuat seringnya di tinggalkannya kebudayaan - kebudayaan daerah yang ada di Indonesia.

 b.      Masuknya kebudayaan – kebudayaan dari luar baik dari barat maupun asia yang dianggap lebih modern membuat rakyat Indonesia khususnya pemuda – pemuda lebih memilih mempelajari kebudayaan – kebudayaan luar seperti cosplay, doujinshi, bunkasai (Asia/Jepang), juga menggunakan Tato, Anting, Kalung, gelang bahkan gaya rambut yang aneh – aneh (Barat) karena dianggap lebih mengikuti mode, atau bisa di bilang lebih modern.

 c.       Minimnya komunikasi antar suku yang berbeda kebudayaan membuat terjadinya sering salah komunikasi, sehingga sering terjadinya perselisihan antar suku, yang membuat semakin banyak nya suku – suku yang hilang maupun tumbang karena perselisihan.

 d.      Perkembangan era Globalisasi seperti teknologi maupun media – media berita yang memberi perubahan cara pandang rakyat Indonesia terhadap segala sesuatu termasuk budaya, membuat masyarakat Indonesia mulai menjauhi kebudayaan daerah mereka.

 e.       Perubahan Ekonomi. Perubahan Ekonomi semakin membuat rakyat sulit, membuat rakyat banyak yang menjauhi kebudayaan mereka masing – masing karena dianggap kurang menguntungkan, sehingga mereka lebih memilih bekerja mencari materi dari pada bekerja untuk mempertahankan keberadaan kebudayaan daerah yang mereka miliki.

 f.       Kurang nya perhatian Pemerintah. baik pusat maupun daerah untuk menanamkan semangat maupun pendidikan tentang pentingnya kebudayaan daerah, juga kurangnya bantuan dana terhadap kebudayaan – kebudayaan daerah yang mulai hilang karena kurangnya materi.

2.3 Peluang (Opportunity)

 a.       Perubahan karena adanya Plagiarisme, banyaknya orang luar negri yang mengaku – akui budaya Indonesia membuat kaum – kaum muda menjadi tau pentingnya kebudayaan – kebudayaan daerah yang mereka miliki, dan belajar melindungi dan memeliharanya.

 b.      Majunya Pariwisata. Karena keaneka ragaman budaya yang kita miliki, memiliki pesona unik yang sering menarik minat wisatawan asing. Juga karena serin terjadinya konflik, baik perebutan budaya dengan Negara tetangga ataupun perang antar suku membuat keuntungan tersendiri, karena timbulnya rasa penasaran para wisatawan untuk mengetahui kebudayaan tersebut.

 
2.4. Tantangan/Hambatan (Threats)

  1. Adanya Plagiarisme, Banyak nya kebudayaan kita yang jarang kita sentuh maupun kita ingat, membuat beberapa Negara luar yang ingin memilikinya. Bahkan mengakui sebagai miliknya. Tanpa kita sadari satu persatu budaya kita sudah banyak yang hilang dan berubah hak ciptanya. Ini adalah tantangan paling penting, yaitu melindungi kebudayaan daerah yang kita miliki, sebelum tidak ada lagi yang bisa kita lindungi karena telah di curi semua.
  2. Masuknya era Globalisasi, perkembangan Globalisasi menyebabkan banyaknya produk – produk luar yang masuk dan berkembang pesat di Indonesia, membuat banyak barang – barang kita yang terbuat dengan cara tradisional sulit untuk menembusnya, ini termasuk hambatan cukup kuat karena mereka menawarkan dengan harga lebih terjangkau dibandingkan dengan harga kita.
  3. Kemajuan Teknologi, walaupun di pandang baik, Kemajuan Teknologi sering kali membuat kemunduran  pada kebudayaan daerah. Kaum muda lebih menyukai bermain dengan teknologi dari pada belajar kebudayaan mereka sendiri. Ini merupakan tantangan bagi kita untuk memperlihatkan permainan – permainan daerah yang masih merupakan kebudayaan kita lebih baik dari pada teknologi yang membuat anak bangsa tidak pernah berkembang dan bergabung dengan alam.
  4. Bersaing dengan kebudayaan asing, Ini adalah tantangan juga hambatan terberat bangsa Indonesia. Dengan banyaknya kaum muda yang menyukai budaya – budaya luar membuat ini jadi tantangan tersulit yang kita hadapi.


KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

 
 Kesimpulan
  1. Kurangnya minat Kaum Muda, hilang nya kebudayaan daerah karena minimnya pengetahuan dan minat kaum muda dalam menghidupkan kembali kebudayaan daerahnya.
  2. Pentingnya Perang Pemerintah, Sering terjadinya kecurian hak milik kebudayaan daerah yang kita miliki termasuk di karenakan kesalahan pemerintah, baik pemerintah pusat maupun yang daerah, karena kurang nya perhatiaan maupun bantuan untuk ikut melindungi kebudayaan daerah yang kita miliki.
  3. Indonesia memiliki Peluang untuk lebih di pandang di mata Negara lain, Indonesia memiliki berbagai macam variasi kebudayaan yang masih belum di perlihatkan dan di akui oleh Negara lain, sehingga masih ada kemungkinan kita berdiri lebih tinggi lagi dengan memanfaatkan kebudayaan kita.
  4. Orang Indonesia kurang memerhatikan apa yang sudah mereka punya, mereka baru marah dan sadar memiliki suatu yang berharga setelah mereka akan kehilangan nya (seperti saat kebudayaan kita di ambil kita).
 




 Rekomendasi.

  1. Pemerintah Lebih Aktif dan lebih cepat dalam bergerak jangan sampai kita kecurian lebih banyak lagi kebudayaan karena keteledoran Pemimpin kita sendiri.
  2. Diadakan pelatihan dan pemberitahuaan kepada rakyat tentang pentingnya kebudayaan daerah demi berdirinya kebudayaan nasional.
  3. Pemerintah memberi bantuan dana untuk membantu orang – orang yang menjaga dan melestarikan kesenian daerah, jangan biarkan orang – orang seperti mereka hilang. Pemerintah ada untuk mensejahterakan rakyat bukan sebaliknya.
  4. Di adakan lomba – lomba dan acara yang membantu anak – anak muda tertarik untuk mempelajari kebudayaan daerahnya masing – masing.
  5. Adanya kerjasama antara pemerintah dengan rakyat sehingga rakyat dapat mempublikasikan Kesenian daerahnya lewat  Negara, jadi bisa lebih di akui oleh Negara luar.
  6. Di abadikan kesenian – kesenian daerah milik Indonesia sebelum di curi oleh Negara – Negara lain.
  7. Diadakan subsidi dari pemerintah untuk membantu perkembangan budaya – budaya daerah agar berkembang, karena sedikit banyak devisa milik Indonesia berasal dari kebudayaan daerah, sudah menjadi hak mereka juga untuk mendapatkan nya.
  8. Adanya contoh – contoh baik dari kalangan artis maupun anggota politik dan pemerintah yang menjadi panutan rakyat, agar banyak orang meniru mencintai kebudayaan daerahnya masing – masing ketimbang harus meniru sikap mereka yang tidak senonoh.

referensi
peran-budaya-daerah-memperkokoh-ketahanan-budaya-nasional.html

Senin, 05 Maret 2012

Kebudayaan Daerah Merupakan Alat Mempersatu Bangsa

NAMA              : FITRIA SUMAWARDANI
KELAS             : 1KA16
NPM                 : 12111935
TUGAS             : ILMU BUDAYA DASAR


 
Budaya Daerah Sebagai Alat Mempersatu Bangsa
Budaya awalnya dari kebiasaan merespon keadaan luar diri dan lingkungan yang diadaptasi untuk bisa diterima secara seksama di lingkungannya. Budaya busana misalnya, budaya interaksi antar manusia, budaya pemikiran, kemudian menjadi sikap dan perilaku yang disepakati. Kebudayaan sebagai ciri bangsa yang memiliki peradaban lebih maju diimplementasikan dalam bentuk karya bunyi dan gerak melahirkan kesenian, dan Indonesia memiliki sekitar 300 kelompok etnis, tiap etnis memiliki warisan budaya yang berkembang selama berabad-abad, dan kebuadayaan dari masing-masing daerah yang terbentang luas dari Sabang hingga Merauke. Kekayaan kultur yang ada di negara ini seakan ingin menegaskan kepada dunia bahwa keberagaman bukanlah suatu penghalang untuk sebuah kesatuan.
Dalam kontek kekinian dapat kita temui bagaimana kebudayaan modern dapat berjalan paralel dengan kebudayaan pedesaan, bahkan dengan kebudayaan berburu meramu yang hidup jauh terpencil. Hubungan-hubungan antar kebudayaan tersebut dapat berjalan lancar dalam bingkai “Bhineka Tunggal Ika”.
Budaya sepatutnya dijadikan sebagai alat untuk mempersatu seluruh masyarakat Indonesia menuju ke kehidupan yang lebih rukun kedepannya, dan itu semua telah tertuang dalam Pancasila (sila ke-3) ditambah lagi dengan semboyan pancasila yaitu “Bhineka Tunggal Ika” yang memiliki makna berbeda-beda tapi tetap satu. Maka dari itu jelas bahwa peranan budaya lokal amat penting kedudukannya dalam mendukung ketahanan budaya nasional untuk mencegah terjadinya sebuah perpecahan. Dengan terwujudnya hal ini diharapkan akan terjadi sebuah interaksi sosial yang terjalin baik antar setiap individu tanpa memandang sebuah batasan.
Pada tulisan kali ini yang bertemakan “Budaya Daerah Sebagai Alat Mempersatu Bangsa” kita dapat membuat sasaran atau tujuan bagi Semua pihak yang terkait untuk mampu menjaga stabilitas ketahanan budaya nasional yang sudah ada, namun jangan langsung berpuas diri melainkan kita semua harus mampu terus memelihara iklim kebudayaan kita kedepannnya.
Kebudayaan adalah buah akal budi manusia dalam hidup bermasyarakat. Kebudayaan dapat berupa berbagai bentuk, misalnya kesenian, pengetahuan, adat-istiadat, kebiasaan-kebiasaan dan moral yang dimiliki oleh masyarakat. Kebudayaan daerah dimiliki oleh masyarakat suatu daerah dengan ciri khas yang hanya dimiliki oleh daerah tersebut. Selain itu, kebudayaan nasional juga diambil dari sejumlah unsur yang merupakan puncak-puncak kebudayaan daerah yang kemudian diangkat menjadi kebudayaan nasional. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang beraneka ragam, maka kebudayaan nasional secara tidak langsung berfungsi sebagai berikut:
1.      Mempersatukan berbagai suku bangsa,
2.      Sebagai identitas nasional dan
3.      Sebagai sarana pergaulan antarsuku bangsa Indonesia.
 Negara kita memiliki banyak objek pariwisata yang sangat potensial. Objek-objek tersebut tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Potensi yang kita miliki ini merupakan modal utama bagi pembangunan dalam bidang pariwisata.
Di dalam uraian berikut Saya akan mengemukakan jenis objek pariwisata.
A.    Objek pariwisata
Objek wisata adalah tempat-tempat yang di kunjungi oleh para wisatawan domestik ataupun wisatawan luar negeri. Objek wisata di Indonesia dapat digolongkan menjadi 3 yaitu :
1.      Objek wisata alam , misalnya pantai, sungai, lembah, tebing, gua, kawah, gunung, danau, air terjun, karang, ikan laut, kebun/taman laut, suaka flora dan fauna.
2.      Objek wisata budaya, misalnya  peninggalan sejarah seperti benteng-benteng kuno, keraton, candi, makam, tempat pembuatan barang-barang seni, kesenian daerah (tarian drama daerah) upacara adat, upacara keagamaan dan taman budaya.
3.      Objek wisata buatan, misalnya taman, waduk, kolam, kawasan industri, kebun binatang dan lain-lain.
Permasalahan budaya lokal yang harus ditingkatkan demi memperkokoh budaya nasional dapat menggunakan analisa SWOT, sehingga kita dapat menganalisa dari semua sudut pandang agar dapat mengetahui apa saja kelemahan yang kita miliki sehingga kita dapat mencari jalan keluarnya, mempertahankan setiap kekuatan budaya lokal yang telah kita miliki, peluang yang ada yang dapat kita manfaatkan dan tantangan yang ada yang harus kita hadapi sehingga kita dapat mempersiapkan diri akan datangnya kemungkinan tantangan yang menghadang. Berikut penjelasan dari setiap kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang ada terhadap budaya lokal yang dapat memperkokoh budaya nasional.
2.1 Kekuatan (Strength)
Pada dasarnya Indonesia terdiri dari ratusan suku bangsa yang bermukim di wilayah yang tersebar dalam ratusan pulau yang ada di Inonesia. Tiap suku bangsa ini memiliki ciri fisik, bahasa, kesenian, adat istiadat yang berbeda.
Dengan demikian dapat dikatakan bangsa Indonesia sebagai negara yang kaya akan budaya. Beberapa aspek keberagaman budaya Indonesia antara lain suku, bahasa, agama dan kepercayaan, serta kesenian. Kekayaan budaya ini merupakan daya tarik tersendiri dan potensi yang besar untuk pariwisata serta bahan kajian bagi banyak ilmuwan untuk memperluas pengetahuan dan wawasan tentang kebudayaan Indonesia.

2.2 Kelemahan (Weakness)
Seluruh dunia tahu betapa Indonesia kaya dengan kebudayaan. Mulai dari bahasa, tari-tarian, sampai lagu. Setiap daerah di Indonesia memilikinya dengan kekhasan masing-masing. Namun, dengan khasanah kebudayaan yang begitu luas Bangsa Indonesia ditantang. Pada era globalisasi kini nilai-nilai serta budaya dari luar dapat dengan mudah masuk ke ranah kehidupan bangsa Indonesia. Dengan semakin bebasnya kebudayaan asing masuk kekhawatiran akan tergerusnya kebudayaan lokal Indonesia menjadi hal yang tak terelakkan.


2.3 Peluang (Opportunity)
Dengan melakukan penetrasi pencitraan bangsa ini kedepannya akan sangat berpengaruh dalam perkembangan kemajuan budaya nasional dimata dunia, hal ini akan memberikan dampak positif bagi bangsa Indonesia menjadi salah satu pusat cagar budaya dunia.
Menurut Koentjoroningrat kebudayaan nasional Indonesia adalah kebudayaan yang didukung sebagian besar rakyat Indonesia, bersifat khas dan dapat dibanggakan oleh warga Indonesia. Wujud budaya nasional diantaranya :
2.3.1 Bahasa, yaitu bahasa Indonesia. Sebagai bahasa nasional berfungsi sebagai lambang kebangga nasional, lambang identitas nasional, alat pemersatu berbagai suku bangsa dan alat penghubung antardaerah dan antar budaya.
2.3.2 Seni berpakaian, contohnya adalah pakaian batik yang menjadi simbol orang Indonesia dan non–Indonesia, serta pakaian kebaya.
2.3.3 Perilaku, misalnya gotong royong (walaupun tiap daerah mempunyai nama yang berbeda, sambatan, gugur gunung). Selain gotong royong juga ada musyawarah, misalnya, sistem aipem pada masyarakat asmat, atau adanya balai desa tempat musyawarah tiap desa,atau honai, rumah laki-laki suku dani serta subak pada masyarakat Bali.


2.4 Tantangan/Hambatan (Threats)
Dalam hal ini pemerintah sebagai otoritas tertinggi di Negeri ini perlu, serta berkewajiban untuk melakukan koordinasi, sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan serta monitoring pengembangan kebudayaan di Indonesia.
Kemudian keberagaman suku, ras, agama bisa memicu disintegrasi bangsa, karena setiap golongan pasti mempunyai budaya, watak, dan adat yang berbeda dan yang pasti mereka masing-masing mempunyai ego kesukuan (Chauvinisme) sehingga kan mudah konflik dengan suku-suku yang lain. Oleh karena itu suatu perbedaan yang ada sesungguhnya adalah keindahan dalam berbudaya.
Menurut penelitian para ahli sejarah kebudayaan, budaya wayang merupakan budaya asli Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Keberadaan wayang sudah berabad-abad sebelum agama Hindu masuk ke Pulau Jawa. Walaupun cerita wayang yang populer di masyarakat masa kini merupakan adaptasi dari karya sastra India, yaitu Ramayana dan Mahabarata. Kedua induk cerita itu dalam pewayangan banyak mengalami pengubahan dan penambahan untuk menyesuaikannya dengan falsafah asli Indonesia.

Penyesuaian konsep filsafat ini juga menyangkut pada pandangan filosofis masyarakat Jawa terhadap kedudukan para dewa dalam pewayangan. Para dewa dalam pewayangan bukan lagi merupakan sesuatu yang bebas dari salah, melainkan seperti juga makhluk Tuhan lainnya, kadang-kadang bertindak keliru, dan bisa jadi khilaf. Hadirnya tokoh panakawan dalam_ pewayangan sengaja diciptakan para budayawan In donesia (tepatnya budayawan Jawa) untuk mem­perkuat konsep filsafat bahwa di dunia ini tidak ada makhluk yang benar-benar baik, dan yang benar-benar jahat. Setiap makhluk selalu menyandang unsur kebaikan dan kejahatan.

Dalam disertasinya berjudul Bijdrage tot de Kennis van het Javaansche Tooneel (1897), ahli sejarah kebudayaan Belanda Dr. GA.J. Hazeau menunjukkan keyakinannya bahwa wayang merupakan pertunjukan asli Jawa. Pengertian wayang dalam disertasi Dr. Hazeau itu adalah walulang inukir (kulit yang diukir) dan dilihat bayangannya pada kelir. Dengan demikian, wayang yang dimaksud tentunya adalah Wayang Kulit seperti yang kita kenal sekarang.
Bahwa seni wayang masih amat erat kaitannya dengan keadaan sosiokultural dan religi bangsa Indonesia, khususnya orang Jawa. Panakawan, tokoh terpenting dalam pewayangan, yakni Semar, Gareng, Petruk, Bagong, hanya ada dalam pewayangan Indonesia, dan tidak di negara lain. Selain itu, nama dan istilah teknis pewayangan, semuanya berasal dari bahasa Jawa.

Budaya wayang diperkirakan sudah lahir di Indonesia setidaknya pada zaman pemerintahan Prabu Airlangga, raja Kahuripan (976 -1012), yakni ketika kerajaan di Jawa Timur itu sedang makmur. Karya sastra yang menjadi bahan cerita wayang sudah ditulis oleh para pujangga Indonesia, sejak abad X. Antara lain, naskah sastra Kitab Ramayana Kakawin berbahasa Jawa Kuna ditulis pada masa pemerintahan raja Dyah Balitung (989-910), yang merupakan gubahan dari Kitab Ramayana karangan pujangga India. Selanjutnya, para pujangga Jawa tidak lagi hanya menerjemahkan Ramayana dan Mahabarata ke bahasa Jawa Kuna, tetapi menggubahnya dan menceritakan kembali dengan memasukkan falsafah Jawa kedalamnya. Contohnya, karya Empu Kanwa Arjunawiwaha Kakawin, yang merupakan gubahan yang berinduk pada Kitab Mahabarata. Gubahan lain yang lebih nyata bedanya derigan cerita asli versi In dia, adalah Baratayuda Kakawin karya Empu Sedah dan Empu Panuluh. Karya agung ini dikerjakan pada masa pemerintahan Prabu Jayabaya, raja Kediri (1130 - 1160).

Wayang sebagai suatu pergelaran dan tontonan pun sudah dimulai ada sejak zaman pemerintahan raja Airlangga. Beberapa prasasti yang dibuat pada masa itu antara lain sudah menyebutkan kata-kata "mawa yang" dan `aringgit' yang maksudnya adalah pertunjukan wayang.
             Mengenai saat kelahiran budaya wayang, Ir. Sri Mulyono dalam bukunya Simbolisme dan Mistikisme dalam Wayang (1979), memperkirakan wayang sudah ada sejak zaman neolithikum, yakni kira-kira 1.500 tahun sebelum Masehi. Pendapatnya itu didasarkan atas tulisan Robert von Heine-Geldern Ph. D, Prehis toric Research in the Netherland Indie (1945) dan tulisan Prof. K.A.H. Hidding di Ensiklopedia Indone sia halaman 987.

Kata `wayang' diduga berasal dari kata `wewa yangan', yang artinya bayangan. Dugaan ini sesuai dengan kenyataan pada pergelaran Wayang Kulit yang menggunakan kelir, secarik kain, sebagai pembatas antara dalang yang memainkan wayang, dan penonton di balik kelir itu. Penonton hanya menyaksikan gerakan-gerakan wayang melalui bayangan yang jatuh pada kelir. Pada masa itu pergelaran wayang hanya diiringi oleh seperangkat gamelan sederhana yang terdiri atas saron, todung (sejenis seruling), dan kemanak. Untuk lebih menjawakan budaya wayang, sejak awal zaman Kerajaan Majapahit diperkenalkan cerita wayang lain yang tidak berinduk pada Kitab Ramayana dan Mahabarata. Sejak saat itulah cerita cerita Panji; yakni cerita tentang leluhur raja-raja Majapahit, mulai diperkenalkan sebagai salah satu bentuk wayang yang lain. Cerita Panji ini kemudian lebih banyak digunakan untuk pertunjukan Wayang Beber. Tradisi menjawakan cerita wayang juga diteruskan oleh beberapa ulama Islam, di antaranya oleh para Wali Songo. Mereka mulai mewayangkan kisah para raja Majapahit, di antaranya cerita Damarwulan.


Masuknya agama Islam ke Indonesia sejak abad ke-15 juga memberi pengaruh besar pada budaya wayang, terutama pada konsep religi dari falsafah wayang itu. Pada awal abad ke-15, yakni zaman Kerajaan Demak, mulai digunakan lampu minyak berbentuk khusus yang disebut blencong pada pergelaran Wayang Kulit.

Sejak zaman Kartasura, penggubahan cerita wayang yang berinduk pada Ramayana dan mahabarata makin jauh dari aslinya. Sejak zaman itulah masyarakat penggemar wayang mengenal silsilah tokoh wayang, termasuk tokoh dewanya, yang berawal dari Nabi Adam. Sisilah itu terus berlanjut hingga sampai pada raja-raja di Pulau Jawa. Dan selanjutnya, mulai dikenal pula adanya cerita wayang pakem. yang sesuai standar cerita, dan cerita wayang carangan yang diluar garis standar. Selain itu masih ada lagi yang disebut lakon sempalan, yang sudah terlalu jauh keluar dari cerita pakem.

Memang, karena begitu kuatnya seni wayang berakar dalam budaya bangsa Indonesia, sehingga terjadilah beberapa kerancuan antara cerita wayang, legenda, dan sejarah. Jika orang India beranggapan bahwa kisah Mahabarata serta Ramayana benar-benar terjadi di negerinya, orang Jawa pun menganggap kisah pewayangan benar-benar pernah terjadi di pulau Jawa.

Dan di wilayah Kulonprogo sendiri wayang masih sangatlah diminati oleh semua kalangan. Bukan hanya oleh orang tua saja, tapi juga anak remaja bahkan anak kecil juga telah biasa melihat pertunjukan wayang. Disamping itu wayang juga biasa di gunakan dalam acara-acara tertentu di daerah kulonprogo ini, baik di wilayah kota Wates ataupun di daerah pelosok di Kulonprogo.
Hal yang harus dilakukan dalam menghadapi ini adalah menumbuhkan kesadaran, bahwa kebudayaan daerah dapat sangat efektif untuk bekal memasuki global village (desa global) maupun global culture (budaya global). Selain itu, kita juga harus menjaga dan melestarikan kebudayaan supaya tidak di klaim oleh negara lain, karena dengan adanya ragam budayadi Indonesia bisa mempersatu bangsa dari sabang sampai merauke.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Kesimpulan
Kebudayaan di Indonesia adalah kebudayaan etnik dan kebudayaan asing, sedangkan Kebudayaan Nasional Indonesia adalah hasil kreasi bangsa Indonesia sejak Sumpah Pemuda atau sejak Indonesia merdeka.
Kebudayaan nasional Indonesia adalah semua yang dikategorikan sistem nasional apakah itu berbentuk gagasan kolektif, berbentuk material seperti sistem pendidikan, sistem politik, sistem hukum, dan sistem lainnya dan berbentuk perilaku seperti menghargai kemajemukan, atau pluralitas, menunjung hak dan kewajiban adalah kebudayaan nasional Indonesia. Berdasarkan wujud ide definisi kebudayaan adalah semua pola atau cara berfikir/merasa bangsa dalam suatu ruangan dan waktu. Pengertian ini dikembangkan ke dalam kebudayaan Indonesia menjadi Kebudayaan Nasional Indonesia semua pola atau cara berfikir/merasa bangsa Indonesia yang sama terhadap kelangsungan hidupnya di dalam sebuah negara.

Rekomendasi
Untuk menjaga keharmonisan integrasi bangsa Indonesia, perlu lebih ditingkatkan toleransi antar masyarakat yang mempunyai tingkat keanekaragaman yang sangat tinggi. Dan diperlukan adanya suatu pencanangan program yang jelas di seluruh bidang, guna menunjang ketahanan budaya nasional di Negeri ini, seperti :
1. Bidang Pendidikan
Dimasukkannya pelajaran muatan lokal mengenai Ilmu budaya disetiap jenjang pendidikan. Agar diperkenalkan sejak dini tentang budaya kita.
2. Bidang Pariwisata
Pemerintah daerah dan pemerintah pusat diharap mampu untuk mempromosikan setiap daerah yang memiliki keunggulan pariwisata, dan mengakomodir seluruh sarana maupun prasarana disetiap daerah.
3. Bidang Industri
Meyakinkan setiap pengusaha-pengusaha lokal maupun mancanegara untuk mau menanamkan modalnya di negeri ini, dengan menunjukkan kearifan lokal yang dimiliki oleh bangsa ini terutama masalah budaya.
4. Bidang Diplomasi
Mengadakan pertukaran pelajar dengan Negara-negara sahabat dengan tujuan untuk saling mengenal budaya masing-masing, yang akan membawa kepada interaksi sosial yang terintegrasi.
5. Bidang Seni
Mengadakan ataupun mengikuti festival budaya, lebih memperkenalkan kebudayaan apa saja yang ada di Indonesia, baik itu melalui festival musik ataupun alat musik serta tarian daerah, dan pertunjukan wayang .

Sumber :
Alfian. Persepsi Masyarakat tentang kebudayaan, Jakarta: PT Gramedia, 1985. lastwirawan.blogspot.com/